Ketika Bubur Harus Dibikin Enak by Astrid Jayanthi

Selamat siang,

Baru kali ini saya menuliskan apa yang ada dalam benak saya. Saya ibu bekerja dengan anak 1 usia 2,5 tahun. Saya sendiri berusia 30 tahun dan suami 31 tahun.

Semenjak saya lajang saya sudah menjadi tulang punggung bagi orangtua saya. Setelah menikah pun saya tetap menjadi tulang punggung orangtua saya. Kebetulan saya 1 rumah dengan orangtua.

Gaji suami tidak pernah diserahkan ke saya. Untuk urusan susu dan pampers tanggungan suami. Untuk urusan rumah tangga, keperluan bedak, baju, sepatu, mainan anak dan belanja bulanan menjadi tanggungan saya. Tetapi apabila pampers dan susu habis maka yang membelikan saya. Continue reading →

Pacaran dengan Duda by Rumina

Saya saat ini sedang pacaran dengan seorang duda beranak dua. Namun hanya anak bungsunya saja yang ikut dengan pacar saya.

Rasanya saya sudah tidak betah karena anak pacar saya ini benar-benar manja dan nakal. Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mengurus anak. Apa lagi saya tidak pernah punya pengalaman memiliki anak, terlebih lagi ini bukan anak saya.

Namun saya tulus sayang dengan pacar saya ini… Any suggest?

Berbeda = Bubar?

Halo para istri dan para pembaca celotehistri.com,

Ini adalah posting pertama saya setelah entah sudah berapa lama vacum di dunia perblogan. Di posting pertama ini saya mau bahas tentang… ya tentang apa lagi kalau bukan tentang kehidupan berumah tangga. Yap, tentang kehidupan rumah tangga, terutama tentang hubungan di antara suami-istri.

Suami dan istri, 2 individu yang tentu berbeda, jenis kelaminnya saja berbeda. Waktu masih pacaran atau di awal pernikahan, perbedaan itu masih nggak terlalu kentara karena seringnya kita merasa cocok dengan seseorang karena memiliki banyak persamaan. Tapi, lambat laun, seiring dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit perbedaan mulai terasa apalagi kalau ditambah dengan kekurangan atau keburukan pasangan yang baru kita ketahui. Wuiiihhh… bisa-bisa bikin salah satu pihak merasa nggak nyaman dan akhirnya hari-hari dipenuhi dengan cek-cok, yang bukan nggak mungkin kalau berakhir dengan kata cerai.

Ya, perbedaan-perbedaan yang ada bisa menuju ke tahap bubarnya suatu pernikahan. Tapi apa nggak bisa gitu nggak bubar dengan segala macam perbedaan yang menyelimuti kehidupan berumah tangga? Jawabannya tentu saja bisa!
Continue reading →

Saya Ingin Membahagiakan Suami Saya by Alzahra Julbi

Saya wanita karier umur 27 tahun. Saya menikah dengan suami sudah 3 tahun, tapi kami belum dikarunia keturunan.

Pada usia pernikahan masuk 2 tahun setengah mulai banyak timbul permasalahan dalam rumah tangga saya. Semua berawal dari kesalahan saya. Saya tidak pernah menghargai suami dan tidak pernah meminta pendapat suami sebelum mengerjakan sesuatu sampai akhirnya rumah tangga kami terbelit hutang yang begitu banyak.

Saya benar-benar menyesal. Saya mencoba memperbaiki semua kondisinya, tapi yang saya dapat adalah suami saya malah menghianati saya di saat sedikit demi sedikit hutang mulai terselesaikan. Continue reading →

Aku dan Anakku Ditinggalkan Suami Tanpa Alasan by Tha-tha

Dear Celoteh istri,

Saya adalah seorang wanita berusia 24 tahun. Saya sudah menikah dan memiliki 1 putri. Saat ini saya sedang menghadapi masalah yang begitu berat karena tiba-tiba tanpa alasan yang jelas suami saya menghilang.

Saya begitu sedih dan bingung sedangkan sebelumnya kami baik-baik saja. Saya sudah mencoba menghubungi telponnya namun sampai saat ini tidak aktif, saya menghubungi kantornya namun suami saya sudah tidak bekerja lagi disana, saya sudah menghubungi keluarganya namun nihil.

Saya yakin suami saya pulang ke rumah orang tuanya namun entah kenapa pihak keluarganya menyembunyikan sesuatu. Karena suatu kali saya mencoba telepon kembali ibunya dan ibunya bilang dia ada di rumah, tapi tidak mau berbicara dengan saya dan saya hanya diminta menunggu. Continue reading →

Suamiku Seorang Pecandu by MRS.XX SR

Dear all…

Aku sudah berumah tangga sekitar 4 tahun lebih. Kini usiaku baru 25 tahun dan aku sudah memiliki 2 orang putra. Aku mengenal suamiku sejak kami berpacaran memang seorang pemakai narkoba. Dan aku sendiri juga gadisnya bukanlah seorang gadis yang alim.

Setelah pacaran kami mulai serius. Kami memutuskan untuk meninggalkan dunia kami masing-masing dan membina rumah tangga yang normal seperti yang lainnya. Dia berjanji untuk meninggalkan narkobanya. Begitu juga aku, meninggalkan hobby dunia malamku bersama teman-temanku (dugem). Continue reading →