Suka-Dukanya jadi Istri

Amazing Wife (Image from: www.everydaypeoplecartoons.com)

Siapa bilang jadi istri itu mudah? Kalo menurut saya sih susah-susah gampang. Banyak enaknya dan banyak juga nggak enaknya. Gimana nggak begitu, dua orang manusia harus bersatu, hidup serumah, tinggal bareng setiap hari. Bangun tidur yang kita lihat orang itu dan mau tidur juga orang itu lagi… Fiuuuhhh, kadang rasa bosan nggak bisa ditepis.

Saya orang Jawa sedangkan suami saya campuran Batak-Ambon (beuuhhh, kombinasi yang sempurna kan? hehehe…). Tipikal orang Jawa yang kalem, lemah gemulai kayak putri Solo plus mudah sakit hati harus berhadapan dengan Tipikal orang Batak-Ambon yang kalau ngomong blak-blakan (yang sering bikin sakit hati) plus nada keras seperti orang yang lagi ngebentak. Ya, bisa dipastikan kalau sering terjadi “gonjang-ganjing” di rumah. Hahaha…

Oh iya, masih belum lagi kalau suami saya yang teramat sangat ramah (terutama sama yang namanya perempuan), berbuat hal-hal (yang menurutnya) “konyol”, tapi bikin saya cemburu setengah gila! Huaaa, bisa hancur rumah kami. Putri Solo bisa berubah menjadi monster ganas secara tiba-tiba! Wekekek…

Karena dua orang yang berbeda, otak yang berbeda dan hati yang juga berbeda harus menjadi satu maka bukan hal yang mustahil kalau terjadi kres diantara pasangan suami istri. Bigitupun juga dengan saya dan suami saya. Seringkali terjadi miskomunikasi diantara kami berdua. Saat suami saya bilang apa, saya nangkepnya kemana. Atau kalau suami saya ngomong apa saya menanggapinya dengan pemikiran yang telah “loncat dua-tiga kali” dari yang seharusnya. Tak ayal hal ini membuatnya uring-uringan karena tanggapan dari saya nggak sesuai dengan yang (mungkin) diharapkannya.

Kalau misalnya nggak ada salah satu pihak yang mau ngalah dan berjiwa besar, mungkin seumur jagung perkawinan saya telah kandas. Amit-amit deh!

Hhhmmm, jadi istri itu enak lho. Kita memiliki seseorang yang selalu ditunggu untuk pulang ke rumah. Kita punya seseorang yang pasti akan selalu menghabiskan makanan kita bagaimanapun rasa masakan itu. Kita punya seseorang yang pasti akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita punya seseorang yang pasti akan mendengarkan keluh kesah kita. Kita punya seseorang yang bisa diajak mimpi bersama dan berusaha mewujudkan mimpi itu.

Saya sampai pada satu kesimpulan menjadi seorang istri dan memiliki seorang suami itu enaknya kita memiliki teman hidup, seorang sahabat sejati. Ya, memiliki sahabat sejati. Itulah enaknya menjadi seorang istri.

Cerita Melahirkan secara Sectio Caesaria (Pemulihan)

Klik disini untuk membaca bagian sebelumnya

Pasca Operasi Caesar (di Ruang Pemulihan)

Ruang Pemulihan

Setelah proses operasi selesai, saya keluar dari ruang operasi dan dipindahkan ke ruang pemulihan. Sekeluarnya dari ruang operasi saya langsung bertemu dengan suami saya. Suami saya menemani saat saya didorong dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Dalam perjalanan menuju ruang pemulihan sampai beberapa menit di ruang pemulihan saya nggak bisa berhenti “ngoceh-ngoceh” menceritakan yang saya alami pada saat operasi ke suami saya. Saya merasa saya sangat normal dengan bercerita seperti itu pada suami, tapi menurut suami saya, saya seperti orang mabok yang curhat-curhat gitu… Pasti ini gara-gara pengaruh obat bius…

Saya harus “mendekam” di ruang pemulihan selama 2 jam untuk memastikan tidak ada trouble dalam tubuh saya pasca operasi. Suster tiap setengah jam sekali mengecek tekanan darah saya. Saya juga disuruh tidur sama suster yang menjaga saya saat itu, tapi nggak tahu kenapa saya nggak bisa tidur, padahal badan kerasa capek banget…

Di ruang pemulihan ini pengaruh obat bius berangsur-angsur habis. Kaki saya sudah bisa digerakkan lagi.

Saat pengaruh obat bius hilang sedikit demi sedikit, muka saya terasa gatal. Hal ini terjadi karena saya mungkin saja alergi terhadap obat bius. Padahal waktu uji coba obat bius saat di ruang persiapan, saya tidak merasakan gatal setelah obat bius sedikit disuntikkan di tangan saya. Ga tau lah… Yang pasti muka saya terasa gatal. Saya belum merasakan sakit apapun di bagian perut karena saya masih pakai infus pengurang rasa sakit.

Kamar…

Setelah dua jam di ruang pemulihan dan suster memastikan kalau nggak ada trouble pada diri saya pasca operasi, saya akhirnya dipindahkan juga ke kamar. Wew, capek juga harus pindah-pindah kasur sebanyak 3 kali, dari kasur (meja) operasi ke kasur ruang pemulihan lalu ke kasur di kamar pasien. Masih belum lagi mindahin badan saya dari kasur-kasur itu ke kasur roda. Capek juga badan saya digeser-geser dari satu kasur ke kasur yang lainnya menggunakan kain. Fiuuhhh…

Saya berpikir kalau sesampainya di kamar, saya bisa langsung melihat anak saya. Tapi ternyata saya salah. Saya masih harus menunggu sekitar 2 jam sampai anak saya diantar ke kamar. Bosan juga menunggu selama itu, apalagi saya juga nggak bisa tidur. Nggak tahu kenapa. Mungkin karena efek ingin segera bertemu dengan si kecil kali ya…

Saya dan Anak Saya (Marvina Annora Sitorus)

Saat yang paling saya tunggu datang juga. Salah satu suster dari ruang bayi membawa seorang malaikat kecil dalam kereta bayi. Ya, itu anak saya, Marvina Annora Sitorus.

Anak saya lalu diletakkan ke dalam pelukan saya. Itu pertama kalinya saya memeluk anak saya. Rasanya… susah banget kalau harus dilukiskan dengan kata-kata…Campuran antara haru, bahagia dan senang.

Sore hari beberapa kenalan saya dan suami mulai berdatangan untuk menengok keadaan saya dan bayi saya. Senang sih ditengokin orang, cerita-cerita, ngobrol, ketawa-ketawa. Tapi ada nggak enaknya juga, karena  saya baru saja menjalani operasi caesar, otomatis luka di perut bagian bawah masih belum sembuh kan. Dan hal ini menyebabkan perut saya terasa teramat sakit kalau lagi ketawa. Nggak hanya ketawa, kalau perut saya kegoncang juga kerasa sakit. Jadinya hari itu saya masih belum boleh turun dari ranjang, so badan saya dibersihkan hanya dengan dilap saja oleh suster dan saluran kencing saya dipasangi selang yang otomatis akan menampung air seni yang saya keluarkan.

Selain masih belum boleh turun dari ranjang, saya juga masih belum boleh duduk sempurna di hari pertama pasca operasi caesar. Jadi makanpun juga sambil tiduran. Makanan saya hari itu adalah…bubur… Tapi untungnya buburnya enak. Nggak seperti bubur-bubur di rumah sakit pada umumnya.

Sehari setelah Operasi Caesar

Pagi-pagi (sekitar pukul 6.30 Wita), dua orang suster datang ke kamar saya. Mereka membersihkan badan saya. Mereka juga menyarankan saya untuk mulai belajar duduk. Mengikuti saran dari suster-suster itu sayapun mulai membiasakan diri lagi untuk duduk, dimulai dengan sarapan pagi dengan posisi duduk. Agak terasa sakit sih di bagian perut, tapi saya usahakan untuk tidak mengeluh.

Siang harinya, ada visit dokter. Dokter kandungan saya, dr. Ngurah Eka Wijaya, Sp.OG, memeriksa kondisi saya. Alhamdulillah kata beliau kondisi saya bagus, jadinya perban luka bekas operasi bisa diganti dengan perban yang anti air supaya saya bisa mandi dan melakukan aktifitas pribadi lainnya sendiri. Dokter juga menyarankan saya untuk mulai berjalan lagi. Karena kondisi saya sudah membaik dan cukup normal, maka infus nutrisi dan infus pengurang rasa sakit bisa dilepas dari tangan saya. Obat-obatan pun juga diganti dengan obat oral.

Sesaat setelah infus saya dilepas saya nggak merasakan reaksi apapun pada perut saya (terutama bekas operasi). Saya bebas bergerak dan belajar jalan serta mengurus anak saya sendiri. Namun sekitar tiga jam kemudian saat sisa-sisa infus pengurang rasa sakit sudah mulai hilang dari tubuh saya, saya mulai merasakan sakit yang teramat sangat di perut. Rasanya seperti diiris-iris dan ditarik-tarik. Sakit banget deh pokoknya! Saya jadi nggak bisa jalan cepat dan bergerak pun juga jadi lambat. Kalau saya sedang mengurus bayi saya, kadang pinggang saya juga terasa sakit, campuran antara kram dan encok.

Ternyata dokter sudah mengantisipasi hal ini. Pukul empat sore seorang suster datang ke kamar saya dan saya dikasih empat macam obat: amoksilin (anti biotik), milmor (pelancar asi), acetram (pengurang rasa sakit) dan paracetamol (penurun panas). Semua obat itu memang penting untuk saya, terutama acetram untuk mengurangi nyeri bekas operasi dan paracetamol untuk turun panas (karena setelah infus dilepas badan saya terasa agak demam). Tapi ternyata semua obat itu bekerja hanya selama delapan jam saja. Lewat dari delapan jam, terutama perut akan terasa sangat sakit.

Hari ke-2 setelah Operasi Caesar

Hari kedua setelah operasi saya mulai membiasakan diri dengan nyeri di perut. Saya mulai tidak menghiraukan lagi sakit yang terasa. Hanya saja saya masih belum bisa bergerak cepat.

Seperti biasa, ada visit dokter di siang hari. Setelah memeriksa keadaan saya, si dokter mengatakan kalau saya sudah boleh pulang hari itu. Senangnya bisa kembali ke rumah dan mengurus anak sendiri… 🙂

Saya, Suami dan Anak Kami

Setelah 1 Minggu

Sampai di rumah, saya langsung mengurus segala sesuatunya sendiri mulai dari urusan rumah, anak dan juga suami. Walaupun sakit-sakit, nggak saya rasakan. Saya jadi rajin banget minum obat (terutama acetram). Nggak lain dan nggak bukan ya biar perut saya nggak terlalu terasa sakit supaya saya bisa melakukan semua aktifitas tanpa hambatan. 😀

Pernah satu hari (saya lupa, enam hari setelah melahirkan kalo nggak salah), saya merasakan sakit yang teramat sangat di perut saya. Perut rasanya perih banget, serasa diiris-iris dan ditarik-tarik dari dalam. Sakit banget deh pokoknya sampai saya nggak bisa ngapa-ngapain. Hanya tiduran sambil menikmati sakit di dalam perut.

Oh iya, selama seminggu setelah melahirkan saya nggak bisa bungkuk. Perut akan terasa sakit kalo misalnya saya paksakan untuk bungkuk.

Hari kesembilan pasca operasi caesar waktunya kontrol ke dokter. Dokter memeriksa saya dan mengatakan kalau keadaan saya baik. Luka bekas operasi pun membaik dan rahim saya juga sudah mulai mengecil. Karena semuanya membaik maka dokter memutuskan perban anti air yang menutup luka bekas operasi caesar sudah bisa dibuka.

Alhamdulillah semuanya normal. 🙂

Pasca Operasi Caesar

Saya membutuhkan waktu tiga minggu untuk merasa “benar-benar baik” setelah operasi caesar (maksudnya, perut udah jarang banget kerasa seperti diiris-iris/ditarik-tarik lagi) dan saya juga sudah “bebas” bergerak kesana-kemari.

Kalau ditanya efek operasi caesar? perut agak lama kembali ke bentuk semula. Sampai saat ini (usia anak saya lima setengah bulan), perut saya masih seperti orang yang lagi hamil empat bulan.

Efek lain dari operasi caesar yang saya rasakan adalah ketika saya sedang menstruasi. Kalau pas lagi banyak-banyaknya perut saya terasa lebih sakit (kalau dibandingkan dari sebelum melahirkan). Selain itu, rasa nyeri seperti ada beberapa jarum yang menusuk juga terkadang saya rasakan di area sekitar bekas operasi.

The end.

Suami Terbaik

Baru saja membaca beberapa blog orang lain. Ada yang punya teman saya pribadi dan ada yang punya orang lain (saya nggak kenal secara pribadi). Yang pasti owner blog itu (semuanya) sudah menikah, punya suami dan punya anak.

Entah yang mereka publish di blog itu yang baik-baik saja dalam dunia rumah tangga mereka, saya pun tak tahu. Pastinya saya merasa mereka memiliki kehidupan yang dulu selalu saya idamkan. Suami yang sangat sayang dan pengertian, selalu mendukung istri, serta tahu bagaimana memperlakukan istri dengan baik.

Ah, gara-gara malam begini saya jadi semakin galau…

Saya tidak mengatakan kalau suami saya nggak sayang saya, kalau suami saya nggak pengertian, kalau suami saya nggak mendukung saya dan kalau suami saya nggak memperlakukan saya dengan baik lho ya. Tapi mungkin kadarnya aja yang (menurut saya) lebih sedikit dibanding suami orang-orang itu… Ah, mungkin lebih tepatnya, suami saya kurang bisa mengungkapkan rasa sayangnya sesuai yang saya inginkan kali ya…

Entah kenapa saya selalu merasa jadi yang kedua. Fine, saya memang istri kedua suami saya. Saya menikahi duda (cerai) dengan satu orang anak. Saya selalu merasa dibawah bayang-bayang istrinya yang dulu dan saya juga merasa kalau suami saya selalu membandingkan saya dengan mantan istrinya itu. Hhhmmm, saya selalu merasa kalau suami saya nggak sepenuhnya menyayangi saya dan melakukan semuanya hanya untuk keluarga kecil kami.

Terkadang saya ingin sekali disayang-sayang, dibuat merasa kalau sayalah penyebab dunianya tetap berputar dan sayalah satu-satunya wanita ter- dalam hidupnya. Saya terharu sekali saat membaca postingan teman saya ini. Kapan ya suami saya bisa memperlakukan saya seperti itu…?

Ahh, memang tak ada gunanya kalau kita mengharapkan sesuatu dari mahluk Allah. Karena yang akan kita dapatkan hanyalah kekecewaan. Yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah menerima semuanya apa adanya.

Dari dulu saya selalu yakin kalau Allah selalu memberi yang terbaik untuk saya. Apapun itu. Yang perlu diingat adalah, yang terbaik tersebut bukan terbaik menurut kacamata kita, tapi terbaik menurut kacamata Allah. Saya yakin inilah yang terbaik untuk saya. Suami yang terbaik untuk saya.

Saya dan Suami

Alhamdulillah saya memiliki suami yang mau bangun malam-malam saat si kecil merengek minta minum susu di kala sang ibu tertidur pulas.

Alhamdulillah saya memiliki suami yang ngerti kalau ngurus anak dan jadi ibu rumah tangga itu capek, jadi paling nggak sebulan sekali saya dipanggilin mbak-mbak untuk mijit saya dan kadang saya dibawa ke spa & salon buat “me-time”

Alhamdulillah saya memiliki suami yang ngerti kalau istrinya nggak kuat nyuci baju terlalu banyak. Jadi baju kotor saya dan suami dilaundry-in dan saya hanya nyuci baju si kecil aja.

Alhamdulillah saya memiliki suami yang selalu makan apapun yang saya masak walaupun rasanya nggak karu-karuan.

Alhamdulillah saya memiliki suami yang mendukung semua kegiatan positif saya dan nggak melarang saya untuk begini-begitu.

Alhamdulillah saya memiliki suami yang selalu berusaha memenuhi permintaan saya.

Alhamdulillah saya memiliki suami yang selalu mengajak saya ke tempat-tempat indah yang dia tau, esp.di Bali.

Alhamdulillah saya memiliki suami seperti dia.

Ya, suami saya memiliki caranya sendiri dalam menyayangi saya, mendukung saya dan memperlakukan saya.

Sebenarnya semua itu berpusat pada diri kita sendiri. Cobalah untuk selalu melihat kelebihan pasangan kita. Karena jika kita hanya melihat kekurangannya, nggak bakalan ada habisnya dan hanya kecewa yang kita dapat.

Denpasar, 12/12/2011 03:20

~celoteh istri

Aku dan Mertuaku

Mertua-Menantu

Written by: Meymey Karinasari

Hari ini saya ingin sedikit berbagi hal yang cukup berat dan menyesakkan hati saya…

Saat ini saya ada sedikit masalah dengan mertua saya. Saya sudah menikah satu stengah tahun yg lalu. Akan tetapi, sampai saat ini Tuhan belum memberi saya buah hati. Ingin rasanya saya segera menimang buah hati, benih cinta saya dan suami, tapi apa daya Tuhan belum berkenan memberinya… Jadi apa lagi yang harus saya lakukan selain sabar menunggu…?

Tapi rupanya tidak demikian dengan mertua saya, beliau kurang sabar. Sampai satu ketika adik ipar saya yang menikah dua bulan setelah saya ternyata sudah hamil. Sedangkan saya masih belum hamil juga. Awalnya mertua saya menyuruh suami saya memeriksakan saya ke dokter. Tapi sudah berjalan enam bulan belum ada hasil juga… Mertua saya mulai geram sama saya. Akhirnya beliau menyuruh suami saya berhenti memeriksakan saya pada dokter…

Saya tahu beliau menginginkan cucu dari suami saya, dan sampai saat ini saya belum hamil juga. Tapi please jangan salahkan saya terus… Saya dan suami sudah berusaha, tapi apa mau dikata kalau Tuhan belum berkenan memberi…

Hal itulah yang membuat hubungan saya dan mertua agak kurang harmonis hingga saya enggan untuk bertemu dengan beliau. Salahkah bila saya nggak ingin terlalu sering bertemu dengan beliau?

Through the Rain

Kalau saya lagi down, salah satu terapi yang saya lakukan untuk diri sendiri adalah dengan mendengarkan lagu ini. Liriknya bagus banget, saya suka… Yang pasti, liriknya bisa memberikan semangat dan kepercayaan baru pada saya.

Coba deh dengerin lagu ini sambil menghayati liriknya… 🙂

Through the Rain

Through the Rain

When you get caught in the rain

With nowhere to run

When you’re distraught

And in pain without anyone and you feel so far away

That you just can’t find your way home

You can get there alone

It’s okay

What you say is

I can make it through the rain

I can stand up once again

On my own and I know

That I’m strong enough to mend

And every time I feel afraid

I hold tighter to my faith

And I live one more day

And I make it through the rain

And if you keep falling down

Don’t you dare give in

You will arise safe and sound

So keep pressing on steadfastly

And you’ll find what you need to prevail

What you say is

I can make it through the rain

I can stand up once again

On my own and I know

That I’m strong enough to mend

And every time I feel afraid

I hold tighter to my faith

And I live one more day

And I make it through the rain

And when the wind blows

As shadow grow close

Don’t be afraid

There’s nothing you can’t face

And should they tell you

You’ll never pull through

Don’t hesitate

Stand tall and say I

I can make it through the rain

I can stand up once again

On my own and I know

That I’m strong enough to mend

And every time I feel afraid

I hold tighter to my faith

And I live one more day

And I make it through the rain

I can make it through the rain

I can stand up once again

And I live one more day

And I make it through the rain

Oh yes, you can

You’re gonna make it through the rain

My Happiness = My “Riweuh” World… :D

Anak saya (Marvina Annora Sitorus)

Siapa siiihh yang nggak pengen punya anak? Sebagian besar orang pasti ingin punya anak. Memang benar, saat kita memiliki anak rasanya kebahagiaan kita lengkap sudah. Tapi tahukah anda kalau punya anak itu juga riweuh??? Hehehe, pengalaman pribadi nih…

Waktu anak masih bayi banget (baru lahir), dia layaknya hewan nokturnal. Bukan berarti dia seperti hewan lho ya! Maksudnya cuma jam tidurnya saja yang ngaco. Siang di tidur terus kerjaannya, kalaupun bangun paling cuma minum susu, pipis n poop saja. Tapi malamnya, kita harus begadang karena si kecil yang minta main atau agak-agak “rewelita”. Waktu ini bayi juga masih sering banget ngompol dan poop. Biasanya dalam satu hari saya bisa mencuci popoknya sampai 24 lembar! Jadi kalo pas malam itu biasanya bayi terbangun karena ngompol. Saya ganti popoknya. Abis itu dia minta nenen/mik susu. Abis nenen/mik susu, eh malah poop… 😀 Yang pasti kita jadi kurang istirahat deh karena harus begadang tiap malam.

Saya tinggal di Bali tanpa pembantu atau ditemani orangtua. Jadi semuanya saya lakukan sendiri. Paling hanya masak aja yang dimasakin sama salah satu karyawan saya (soalnya dia juga masak untuk karyawan yang lain). Bukan hal yang mudah harus mengurus semua urusan rumah tangga saat kita baru melahirkan dan memiliki bayi.

Pagi, sebelum memulai aktifitas saya merendam pakaian terlebih dahulu. Setelah itu sekitar pk.7.30 Wita saya memandikan Avi (nama anak saya). Setelah mandi dan ganti baju, saya melanjutkan ritual sunbathing sampai pk.8.30 Wita. Abis itu biasanya anak saya tidur. Nah, inilah kesempatan saya mencuci pakaian, cuci piring dan nyapu. Beres ngerjain ini itu, biasanya Avi bangun sekitar 1-1,5 jam, saya temani dia. Setelah itu dia tidur lagi, kesempatan ini saya gunakan untuk setrika pakaian sambil makan siang. Beres setrika, Avi bangun lagi, nemenin Avi lagi, tapi Avi biasanya bangunnya nggak lama, terus dia tidur lagi. Nah saat inilah saya sempatkan tidur siang bareng sama Avi supaya untuk recharge tenaga.

Mata saya dan Avi sama-sama bengkak karena kelelahan (Avi umur 23 hari)

Saya terbangun dari tidur siang biasanya karena “alarm Avi” 😀 dan memang sudah waktunya bangun karena hari menjelang sore. sekitar jam setengah 4 saya memasak air panas untuk Avi mandi. Jam 4 sore saya memandikan Avi. setelah memandikan Avi, memakaikan minyak telon, bedak dan baju, biasanya Avi minta nenen/mik susu lalu dia tertidur pulas. Saat ia tidur setelah mandi ini saya manfaatkan untuk beres-beres rumah, ngepel dan mandi, kadang saya juga masak untuk makan malam. Malam harinya sembari menjaga Avi sambil nulis blog, update barang jualan di web dan aktifitas lainnya yang berkaitan dengan internet. Oh iya, ada yang lupa, disela-sela aktifitas itu saya juga harus merawat diri pasca melahirkan (minum jamu, obat dan yang terpenting adalah merawat luka bekas operasi caesar). Satu hal yang harus diingat, aktifitas itu nggak selamanya berjalan mulus karena seringkali saya belum selesai cuci baju/setrika, tapi Avi sudah terbangun.

Ketika bayi saya berumur 1-1,5 bulan intensitas ngompol dan juga poopnya berkurang banyak, artinya keriweuhan mulai berkurang :D. Jam tidurnyapun mulai teratur. Siang hari dia tidur 3-4 kali. Malam hari selepas pukul 23.00 Wita Avi sudah mulai bisa tidur nyenyak. Kalaupun terbangun hanya minta nenen/mik susu saja. Jam bangunnya saat malam hari juga teratur, jam 1 dini hari, jam 3-4 subuh, lalu jam 6 pagi. Saya jadinya juga bisa istirahat dengan lebih nyaman di malam hari.

Senyum Avi setelah "nangis heboh" 😀 (Avi umur 19 hari)

Riweuhnya punya bayi juga terasa saat saya harus pergi ke suatu tempat. “printilan” si kecil pasti banyak sekali yang harus dibawa juga, misalnya satu tas berisi baju ganti, pempers, minyak telon, bedak, tissue basah, kapas, termos air panas, botol susu dan juga susu bubuknya. masih belum lagi gendongan, bantal dan kasur kecil untuk Avi.

Ya, saya baru merasakan riweuhnya punya anak setelah mengalami sendiri. Dan inilah yang tidak terbayangkan oleh saya sebelum memiliki anak. Tapi seriweuh-riweuhnya hidup saya saat ini dan secapek-capeknya badan saya, semua terbayar saat saya becanda dengan si kecil. Saat kami saling tatap, saat dia tersenyum pada saya dan saat saya berhasil membuatnya tertawa cekikikan (walaupun akhirnya membuat dia cegukan), tidak ada lagi kata riweuh terlintas di benak saya.

Denpasar, 24 November 2011 12.20

~celoteh istri