Aku dan Mertuaku

Mertua-Menantu

Written by: Meymey Karinasari

Hari ini saya ingin sedikit berbagi hal yang cukup berat dan menyesakkan hati saya…

Saat ini saya ada sedikit masalah dengan mertua saya. Saya sudah menikah satu stengah tahun yg lalu. Akan tetapi, sampai saat ini Tuhan belum memberi saya buah hati. Ingin rasanya saya segera menimang buah hati, benih cinta saya dan suami, tapi apa daya Tuhan belum berkenan memberinya… Jadi apa lagi yang harus saya lakukan selain sabar menunggu…?

Tapi rupanya tidak demikian dengan mertua saya, beliau kurang sabar. Sampai satu ketika adik ipar saya yang menikah dua bulan setelah saya ternyata sudah hamil. Sedangkan saya masih belum hamil juga. Awalnya mertua saya menyuruh suami saya memeriksakan saya ke dokter. Tapi sudah berjalan enam bulan belum ada hasil juga… Mertua saya mulai geram sama saya. Akhirnya beliau menyuruh suami saya berhenti memeriksakan saya pada dokter…

Saya tahu beliau menginginkan cucu dari suami saya, dan sampai saat ini saya belum hamil juga. Tapi please jangan salahkan saya terus… Saya dan suami sudah berusaha, tapi apa mau dikata kalau Tuhan belum berkenan memberi…

Hal itulah yang membuat hubungan saya dan mertua agak kurang harmonis hingga saya enggan untuk bertemu dengan beliau. Salahkah bila saya nggak ingin terlalu sering bertemu dengan beliau?

SABAR

Written by: Ninda Fitrinia

Sekali lagi…SABAR…
Untuk semua pasangan yang sedang berusaha memiliki buah hati….

Sabar

Sabar, sabar dan sabar, itulah kata yang sering saya ucapkan pada diri saya sendiri ketika melihat seorang wanita sedang menimang-nimang bayinya, saat melihat ibu hamil sedang dipapah oleh suaminya untuk menuruni tangga, saat tidak sengaja melihat seorang ibu sedang menyusui anak yang baru saja dilahirkannya di sebuah rumah bersalin, saat melihat foto-foto keluarga muda lengkap dengan si buah hati di profil picture beberapa teman.
Hmmmm…. Sekali lagi, SABAR…..

Saya diberikan waktu untuk menikmati indah dan pahitnya tahun-tahun awal pernikahan kami, dan mempunyai waktu lebih banyak untuk mempersiapkan segalanya yang terbaik untuk buah hati kelak.JAwalnya saya cukup cuek, belum dikaruniai keturunan sampai usia pernikahan saya menginjak 2 tahun. Bahkan saya bisa dengan enteng menanggapi guruan beberapa teman mengenai infertilitas pernikahan saya, dengan menyampaikan sisi positif yang saya dapatkan dari keadaan ini. Dalam hal ini saya menanamkan dalam otak saya bahwa memang belum waktunya saya untuk menjadi seorang ibu, saat ini saya masih muda, saya masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk ber”pacaran” dengan suami saya

Tapi, setelah pernikahan saya melewati usia 2 tahun, saya mulai terusik dengan kesepian saya. Mungkin karena sejak pertengahan bulan Januari 2011 saya tidak lagi bekerja dan belum mempunyai kesibukan apapun sampai saat ini. Apalagi setelah mendengar kabar gembira dari adik saya dan beberapa teman yang baru menikah kalau mereka sudah hamil. Mulai deh muncul pertanyaan aneh di kepala saya, “giliran saya kapan Ya Rabb????”

Sekali lagi, SABAR….