More than 4 Thumbs Up for “Garuda di Dadaku”

Sebagai seorang awam yang hanya bisa menilai suatu film hanya dari segi cerita, menurut saya film ini bagus sekali untuk orang Indonesia. Jika saya boleh memberi penilaian pada film ini, mengacungkan keempat ibu jari yang ada di tubuh saya pun rasanya masih kurang untuk memuji film ini.

Film ini mengisahkan tentang seorang anak berusia 12 tahun (Bayu) yang memiliki bakat di bidang sepak bola, namun sayang kakek Bayu sangat tidak mendukung bakat cucunya tersebut. Kakek Bayu lebih menginginkan cucunya memiliki keahlian di bidang lain di luar sepak bola (musik atau melukis misalnya), sehingga Bayu harus mengikuti beberapa les yang diinginkan oleh kakeknya. Kakek Bayu melarang Bayu untuk aktif di bidang sepak bola karena ia memiliki pengalaman buruk dengan putranya yang tak lain adalah ayah Bayu. Ayah Bayu merupakan pemain sepak bola, namun sayang saat ia mengikuti seleksi untuk bisa masuk dalam tim nasional, ia mengalami cidera yang mengakibatkan ia tidak bisa melanjutkan kariernya di bidang sepak bola, dan akhirnya ia hanya menjadi seorang sopir taksi. Tak lama kemudian ayah Bayu meninggal, sehingga Bayu akhirnya hanya tinggal dengan kakek dan ibunya saja. Di luar kungkungan kakeknya yang menginginkan Bayu untuk patuh pada keinginannya, Bayu memiliki seorang sahabat bernama Heri. Heri sangat mendukung bakat Bayu dan membantu Bayu supaya ia bisa masuk tim nasional. Berkat bantuan dari Heri-lah akhirnya Bayu bisa masuk tim nasional, walaupun jalan untuk menuju prestasi tersebut tidaklah mudah.

Film ini sangat mendidik bagi siapapun yang menontonnya. Banyak sekali pesan moral yang ada pada film ini. Beberapa pesan moral yang bisa saya tangkap pada film ini:

  1. Motivasi yang tinggi
  2. Semangat untuk pantang menyerah
  3. Semangat nasionalisme yang besar
  4. Persahabatan
  5. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya pada anak yang pada akhirnya akan dapat “membunuh” bakat alami anak yang seharusnya akan dapat menjadi suatu hal yang sangat luar biasa jika diasah dengan baik
  6. Menguatkan kembali tim nasional sepak bola Indonesia

Selain pesan moral, Garuda di Dadaku juga memberikan kritikan secara halus tentang sempitnya lahan untuk bermain (terutama sepak bola) di daerah perkotaan karena tergantikan oleh gedung-gedung pencakar langit.

Garuda di dadaku merupakan film yang mengangkat realita kehidupan sehari-hari yang dikemas secara sangat apik, simpel dan mudah ditangkap pesan moralnya ditengah-tengah perkembangan film Indonesia saat ini (yang kalau boleh dibilang) yang sebagian besar hanya menonjolkan realita “XXX” yang ada di Indonesia. Film seperti inilah yang seharusnya banyak diproduksi oleh Production House yang ada di Indonesia. Garuda di dadaku merupakan salah satu referensi film yang wajib ditonton, terutama pada musim liburan seperti sekarang ini.

One comment

  1. ivanbatara says:

    wew….. anda sebagai pemerhati anak sampai memberikan 4 thumb up bahkan kurang, berarti sama saja memberikan nilai A++ pada mata kuliah n 5 bintang pada film ini. hehehe. salam blogger ^_^

Leave a Reply