The Truth behind Internet Marketing

Udah lamaaa banget pengen nulis tentang internet marketing. Tapi selalu “kesela” sama nulis yang lain, jadi judul ini tersimpan dengan rapi di daftar draft saya. Dan sekarang akan saya sempatkan untuk menulis tentang internet marketing.

Sebelum menikah saya sempat beberapa kali pacaran sama orang yang fokus pekerjaannya berhubungan dengan IT. Hal ini membuat saya melek tentang hal-hal yang berkaitan dengan IT terutama internet.

Awalnya yang saya tahu tentang internet hanya sebatas blog, sosmed, email, dan salah satu sumber untuk nyari jurnal-jurnal tugas kuliah. Tapi karena beberapa pacar saya orang IT, saya jadi tahu sedikit tentang internet marketing. Tapi sungguh, walaupun udah dijelasin seperti gimanapun, waktu itu saya gak terlalu “mudeng” dengan yang namanya nyari duit lewat internet itu bagaimana (soalnya pas dijelasin saya sibuk nge-blog. hehehe…).  Tapi yang pasti, sejak tahun 2006 saya sudah tau (tahu aja, bukan berarti mengerti) istilah-istilah seperti PPC (pay per click), SEO (Search Engine Optimization) , Google Adsense, dll. Cuma satu hal yang “nancep” di otak saya waktu itu, kalau yang namanya SEO itu bukan hal yang mudah.

Anyway, ternyata jodoh saya ga jauh-jauh dari beberapa mantan saya. Orang yang kerjaannya di dunia IT dan fokusnya di internet. Yup, suami saya seorang internet marketer. Sejak jadi istrinya, saya jadi lebih tahu seluk beluk dunia internet marketing.

Internet Marketing (image from: www.usleadnetwork.net)

Internet Marketing (image from: www.usleadnetwork.net)

Macam-Macam Internet Marketing

Dari informasi berbagai sumber (baca: suami saya, teman-temannya dan hasil browsing di internet), saya menyimpulkan kalau internet marketing itu bisa diklasifikasikan menjadi 3:

  1. Menjual produk real (produknya sendiri). Yang masuk pada klasifikasi ini adalah orang-orang yang memiliki produk sendiri dan salah satu cara yang dipakai untuk memasarkan produknya yakni melalui internet. Contohnya adalah salah seorang teman memproduksi baju khas Bali dan lulur Bali, ia menggunakan internet untuk memasarkan produknya.
  2. Menjual produk orang lain (perantara). Pada cluster ini, adalah orang yang menjual produk orang lain dan ia memperoleh komisi dari hasil penjualannya atau dia mark up sendiri dari harga yang diberikan oleh produsennya. Akhir-akhir ini banyak sekali online shop dadakan di social media salah satunya karena ada sistem perantara yang dikenal dengan sistem drop ship.
  3. Bisnis “maya”. Nah, kalau di cluster yang terakhir ini, saya biasa menyebutnya bisnis yang benar-benar maya. Nggak ada barang yang dijual tapi kita bisa memperoleh uang dari sini. Untuk cluster yang ketiga ini banyak macamnya, misalnya: PPC (Paid Per Click), adalah sebuah program di internet yang akan membayar membernya jika ada pengunjung yang meng-klik iklan yang dipasang di webnya, contohnya: google adsense, kliksaya, dll. PTU (Paid to Upload), jika kita mengupload suatu file di web tertentu, maka kita akan mendapat bayaran saat file tersebut didownload oleh orang lain, misalnya: ziddu. PPS (Pay per Sale) yakni, pemilik perusahaan atau web akan memberi komisi pada untuk setiap produk yang terjual atas rekomendasi dari member program afiliasi, contohnya: amazon.

Dari tiga macam bisnis di internet itu kunci yang paling utama adalah bagaimana caranya web kita dikenal oleh pengguna internet. Itu yang paling penting. Bagaimana caranya kalau pengguna internet mengetikkan suatu kata kunci maka web kita yang akan muncul di halaman pertama search engine website. Nah, hal inilah yang tidak mudah dilakukan.

Balada Social Media

2-3 tahun belakangan ini banyak sekali online shop dadakan muncul di facebook, twitter dan juga BBM. Jujur, kalau saya sedikit terganggu dengan jualan via sosmed ini. Kita sering di tag foto yang menuh-menuhin timeline dan juga notification di FB itu cukup mengganggu. Menurut saya, sosmed itu hanya dipakai untuk mendukung produk kita saja, bukan jalur utama untuk berdagang karena (mungkin) banyak juga yang merasa terganggu seperti saya dan akhirnya males untuk lihat jualan kita.

Permasalahan lain kalau kita jualan yang fokusnya lewat social media adalah, teman/follower kita kebanyakan teman atau saudara sendiri. Awalnya beli, untuk ngebantu teman teman, tapi lama-lama kan capek juga kalau “disuruh” beli terus. Nah, kalau dari website kan customer kita orang seluruh dunia, pangsa pasarnya jauh lebih besar dan beragam.

Orang Terkenal

Beberapa orang terkenal (entah penulis atau artis) memiliki bisnis yang salah satu metode pemasarannya menggunakan internet marketing. Beberapa kali saya baca timeline twitter mereka yang isinya, mereka sedang jadi pembicara  atau diminta menjadi pembicara dalam seminar internet marketing.

Menurut saya kalau orang terkenal diminta menjadi narasumber internet marketing kurang tepat. Mengapa demikian? Karena ia memasarkan produknya berangkat dari nama besar yang telah ia bangun, bukan dari tehnik penjualan internet marketing. Produk mereka dikenal dan dipercaya orang lain karena orang sudah tahu siapa mereka. Jadi sebenarnya mereka bukan pakar internet marketing.

Internet Marketing

Internet Marketing (image from: www.scoremonroe.org)

Internet Marketing BUKAN Pekerjaan Mudah

Banyak orang yang berpikir dengan dia bikin website. Maka customer akan muncul dengan sendirinya. Emang sih akan muncul dengan sendirinya tapi nggak bisa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Mengapa demikian? Karena yang namanya search engine butuh waktu untuk “kenalan” sama website kita. Dan kalau sudah kenal, web kita nggak serta merta masuk di halaman pertama search engine.

Untuk bisa masuk di halaman pertama web search engine pada kata kunci tertentu itu butuh maintenance dan SEO service. Suami saya seringkali begadang sampai pagi untuk mengerjakan hal itu. Web kami, www.hargahotel.com baru dapat customer pertama yang murni website setelah 6 bulan launching. See? Setengah tahun bukan waktu yang singkat kan?

Saya dan suami sudah mencoba beberapa macam internet marketing, dan juga melihat dari pengalaman beberapa kawan yang juga fokus di bisnis internet marketing, menurut saya yang paling bisa membuat seseorang tetap survive di bisnis internet marketing adalah kalau dia fokus di produk real. Jadi harus benar-benar ada barangnya, pemasarannya menggunakan internet. Seperti kami, menjual jasa trip organizer.

Bisa dikatakan 99% tamu kami murni dari internet. Calon customer kami mengetikkan kata kunci tertentu, muncul website kami di halaman pertama search engine. Lalu calon customer tertarik dengan jasa kami. Tidak berhenti sampai disitu, menjual produk real harus disupport dengan customer service. Ini yang paling krusial, karena transaksi deal atau tidaknya itu sangat tergantung dengan customer service yang melayani calon customer. Apalagi yang namanya internet marketing si calon cuatomer nggak kenal sama sekali dan juga nggak tahu kantor kami benar-benar ada atau tidak. Jadi kepercayaan calon customer adalah suatu keajaiban di dunia internet marketing. Internet marketing bukan hal yang sederhana kan??

*****

Nah, ternyata rumit juga ya internet marketing itu. Memang nggak ada yang mudah dalam mencari uang. Karena mencari uang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun apapun itu, bisnis internet marketing sangat menarik untuk digeluti 🙂

4 comments

  1. sari widiarti says:

    waaah emang mak, klo mslh internet marketing atau biasanya fokus ke SEO bikin keseleo niy mata, kan bnyk juga kontes SEO, jdi betah nongkrong di lepi, cuma lihat, website kita msi nongkrong nggak di halaman satu mbah google 😀
    Makasih mak infonya… 🙂

  2. Sri Rahma says:

    Enak ya mbak bisa jadi internet marketer bersama suami. Kalau saya belajar internet marketing otodidak sendiri karena penasaran ama blogger cowok yang bisa menghasilkan uang dari internet..Nice info

  3. Rahmah says:

    Iya mbak…
    Saya juga merasakan hal yang sama dg mbak soal “internet marketing”
    Awalnya saya juga pakai nge-tag2 org dg jualan produk tapi skg sdh ga mbak sebab saya tw etikanya ga baik 🙂
    Namun saya sangat menyayangkan juga akhir2 ini banyak forum kepenulisan yg mengatasnamakan kepenulisan tetapi membodohi org2 di dalamnya dg melakukan “black campaign”

Leave a Reply