Everything Happens for a Reason

Beberapa hari yang lalu ketemu sama sepupu dari mantan istri suami saya. (Nah lo, bingung kan… ). Kami membicarakan banyak hal terutama tentang keuangan rumah tangga. Beliau bekerja di industri pengeboran lepas pantai. Kebayang dong berapa banyak penghasilannya. Tapi banyaknya penghasilan itu nggak akan ada artinya kalau istri beliau nggak bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik. Untungnya, istri beliau tetap mempertahankan gaya hidup sederhana walaupun penghasilan suaminya meningkat drastis. Alhasil, saat ini istri beliau mengelola beberapa kost dan memiliki beberapa mobil (bagus) pribadi dari hasil nabung penghasilan suami.

Satu hal yang membuat saya cukup tertampar adalah selama ini saya kadang ngiri sama teman-teman saya yang bisa jalan-jalan kesana kemari, beli ini itu sesuka hatinya. Sedangkan saya harus nahan diri karena selalu kejar-kejaran sama yg namanya cicilan. Nah, ada satu statement saudara mantan istri suami saya yang bikin saya sadar se sadar sadarnya adalah “bayangin Vina, 2-3 tahun lagi saat semua cicilan sudah selesai, kamu punya aset …. (tiiiiitttt, -sengaja disensor) rupiah plus penghasilan tambahan sebesar level manager perusahaan gede”.

Ah iyaaaa, selama ini saya selalu ngeluh karena penghasilan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja karena selebihnya untuk bayar cicilan ini itu. Saya cuma butuh bersabar sampai 2-3 tahun lagi untuk bisa nafas lebih lega.

Tapi yang pasti belajar dari istri beliau, nggak semua penghasilan itu (kalau kata suami saya) “masuk ke wc” atau kalau kata nenek saya “dhuwit ojok gae tuku gombalan thok” (uang jangan dipakai untuk beli baju aja, baju disini maksudnya barang-barang yang kurang berharga). Point utamanya, jangan beli hal-hal yang nggak berguna yang kadang seringnya hanya karena kita lapar mata. Sebesar apapun penghasilan kita nanti, tetaplah hidup sederhana sesuai kebutuhan.

Karena suami saya dan saya juga saya bukan orang yang berasal dari keluarga kaya yang bisa ngandelin warisan orangtua, maka kami harus sama-sama berjuang untuk hidup yang lebih baik dan lebih layak, terutama untuk anak-anak nanti. Dan juga untuk membuktikan kalau di balik laki-laki sukses ada istri yang hebat dan juga mantan yang menyesal. Hahaha…

(Info ga penting sih, saya kenal suami saat dia sudah cerai 1 tahun dengan istrinya dan dia ga punya apa2. Tahun terberat kami adalah 2012 karena hutang disana-sini plus semua kendaraan dijual, jadi saya dan suami berusaha bukan dari nol lagi, tapi dari minus)

Ya, everything happens for a reason. Saya harus ketemu sepupu mantan istri suami saya untuk bikin saya sadar se sadar sadarnya untuk nggak lagi ngiri sama teman-teman saya yang sekarang bisa enak kesana kemari dan beli ini itu. Ya iyalah, lha wong mereka masih single, masih bebas mau ini itu dan blm ada anak harus dipertanggungjawabkan.

Antara Mama atau Suami by Sanry Gavriel

Saya ibu rumah tangga baru menikah 1 tahun.

Saya merasa bingung dengan masalah yang saya hadapi. Mama saya tidak suka dengan suami saya karena suami saya orangnya pendiam dan jarang bersosialisasi dengan orang sekitar. Pulang kantor langsung masuk kamar nggak keluar lagi paginya baru keluar untuk bersiap ke kantor hal ini membuat ibu saya tidak nyaman dan sering marah-marah kepada saya karena sifat suami saya.

Waktu saya bilang ke suami saya tentang sifat yang tidak disukai mama saya, dia bilang dia tidak bermaksud demikian tapi memang dia orangnya begitu. Saya bingung harus bagaimana…

Mohon saran dan masukannya.

Tentang Pernikahan, Tentang Pasangan Hidup (Suami/Istri)

Saya dan Suami Saya

Saya dan Suami Saya

Kalau ditanya kenapa saya milih suami saya sekarang untuk jadi pasangan hidup, saya juga bingung gimana jawabnya. Secara dia bukan tipe saya banget. Sebagai seorang yang dulu menyukai dunia akademisi (sekarang juga masih suka sih kalau disuruh nyemplung lagi di dunia itu), saya suka tipe cowok yang pakai kacamata, serius, rapi, bisa diajak diskusi hal-hal yang berat2, romantis, punya keinginan yang sama untuk lanjut kuliah di luar negeri dan tentunya seagama. Tapi ternyata suami saya beda agama dengan saya, dia duda, punya anak pula sebelumnya, dandanannya semau-mau dia, dan juga sering bikin saya jantungan. Kalau dipikir-pikir beberapa pasangan nemuin pasangan hidupnya malah bukan yang sesuai kriterianya, tapi malah (mungkin) kebalikannya. Kenapa begitu? Karena Tuhan tau kalau yang dibutuhkan oleh setiap pasangan adalah saling melengkapi. Coba bayangin kalau saya dan suami saya sama-sama  serius, apa ga akan jadi seperti ruangan dosen rumah kami nantinya? Heheehee… Makanya Tuhan kasih saya pasangan yang doyan becanda.

Anyway, kalau ditanya bahagia atau tidak hidup bersama dgnya, jujur saya bilang kalau beberapa kali saya sempat ingin mengakhiri ikatan ini atau kadang juga saya ingin bunuh diri, tapi karena blm nemuin cara bunuh diri yang nggak pake sakit, nggak dilanjutin deh keinginan itu. (Jadi ketauan kan nyalinya ciut. Hahaha…).

Rumah tangga, berkeluarga, menjalin hubungan suami istri itu nggak seperti cerita dongeng yang setelah menikah lalu happily ever after. Justru yang ada kita baru saja terbangun dari mimpi indah yang panjang. Pasangan kita nggak seperti yang kita harapkan. Tapi jangan serta merta putus asa jika kepentok hal-hal seperti itu karena semakin lama akan semakin banyak ketidakcocokan kita dengan pasangan. Kalau kata bu Herien, dosen saya dulu, seorang doktor di bidang keluarga, pernikahan itu management ketidakcocokan. Management ketidakcocokan yang saya aplikasikan selama ini adalah saya selalu mengingat kebaikan-kebaikan  suami saat dia melakukan hal-hal yg menyakitkan hati. Misalnya, bagaimana care-nya suami saya sama keluarga saya terutama mama saya, bagaimana suami saya sangat jago ngurus anak bahkan seringnya dia yang bangun tengah malam untuk membuatkan susu untuk Avi karena tidak mau membangunkan saya yang terlelap pulas karena kecapekan, dan bagaimana dia selalu berusaha untuk memenuhi semua keinginan saya dan mengenyampingkan keinginannya sendiri. Percayalah, saat hati sedang merasa sangat tersakiti dan kau malah mengingat kebaikannya, maka keinginan untuk pisah atau bunuh diri akan sirna begitu saja. Soalnya, kalau kita cuma mengingat keburukan seseorang, nggak bakalan ada habisnya. So, stop mengingat-ingat keburukan pasangan kita, tapi mulailah ingat semua hal baik yg ada dalam dirinya.

Alhamdulillah saya punya suami seperti dia. Emang sih, dia jelek, item, masih gendut walopun sudah turun 22kg, tua (beda 10 th sama saya), hidup selalu dalam ketidakpastian karena dia bukan pegawai, kadang tempramental, mood swing (kalau ini mah saya juga begitu), dan masih banyak lg hal-hal buruk lain yang tidak perlu saya bongkar di ruang publik. Sampai kadang saya mikir, kok bisa ya saya mau sama dia??? Hahaha… Nah itulah, kadang cinta memang nggak butuh alasan, nggak perlu dijelaskan. Yang saya tahu, dengannya saya memiliki keluarga yg sempurna, anak-anak yg baik, dan menurut saya dia adalah laki-laki paling bertanggung jawab kedua di dunia ini setelah ayah saya. Karena menikah adalah menjaga komitmen.

*ah jd pengen nangis kaaannn…

ASUS Notebook Terbaik dan Favoritku

Blog Contest AsusSebelum Menggunakan ASUS

Sebelum menggunakan notebook Asus, saya menggunakan 2 notebook dengan merk yang berbeda. Notebook pertama saya harus tumbang karena keyboard-nya tersambar petir plus baterainya sudah nge-drop banget. Sedangkan Notebook kedua saya juga harus tumbang karena terjadi konslet di hard disk-nya. Sungguh pengalaman yang sangat buruk dengan kedua notebook saya sebelumnya, apalagi yang kedua. Semua data-data penting saya lenyap bersama konsletnya hard disk.

Saat membeli notebook ketiga, saya memantapkan diri untuk nggak lagi asal-asalan memilih merk dan juga spesifikasinya. Saya jadi super duper cerewet pada sales toko gadget yang saya datangi saat itu. Saya nggak mau salah pilih notebook lagi. Setelah cek and ricek berbagai merk dan spesifikasi notebook yang ada di tolo tersebut, pilihan saya jatuh pada ASUS!

Proses Memilih Asus X202E

Notebook Asus yang akhirnya saya pilih adalah seri X202E touchscreen. Kenapa pilihan saya jatuh pada seri itu? Yang pertama, sebagai seorang perempuan tentu pandangan pertama adalah penampilan. Saat melihat Asus seri X202E, bisa dikatakan saya jatuh cinta pada pandangan pertama karena penampilannya yang terlihat elegan, pas banget dengan pribadi saya. Asus X202E warna silver yang saya lihat saat itu sangat menarik hati, apalagi pantulan cahaya lampu membuat warna notebook ini sekilas nampak berwarna peach. Sekedar info, saya suka dengan warna peach. Saat lihat barangnya, layar Asus X202E yang berukuran 11,6” juga pas untuk saya, tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil. Yang paling saya suka adalah, “body” Asus X202E yang slim, sehingga membuat notebook ini tidak terlalu berat untuk dibawa kemana-mana. Secara penampakan fisik, Asus X202E sangat pas buat saya.

Setelah melihat Asus X202E dari penampilan luarnya, saya lalu mengecek spesifikasi notebook ini. Processor Intel core i3, Memori 4GB, Hard disk 500GB, plus sudah termasuk operating system windows 8 sangat menarik perhatian saya saat itu. Dan hal lain yang juga menjadi keunggulan notebook Asus X202E adalah layarnya yang touchscreen. Wah, benar-benar lengkap deh Asus X202E untuk saya. Tapi saat itu saya tidak langsung memutuskan untuk membeli Asus X202E. Saya masih lihat notebook merk lain. Namun saat itu saya tidak menemukan notebook lain yang memiliki spesifikasi sama seperti Asus dengan harga yang sama. Terlebih lagi, saya sudah mem-black list 2 merk notebook yang lain. Intinya, Asus X202E menurut saya adalah notebook berkualitas dengan harga yang terjangkau kantong saya. Akhirnya saya memilih Asus X202E warna silver untuk saya bawa pulang.

Asus X202E warna silver
Asus X202E warna silver

Asus X202E yang akhirnya saya pilih untuk dibawa pulang
Asus X202E yang akhirnya saya pilih untuk dibawa pulang

Asus X202E, notebook terbaik dan favoritku
Asus X202E, notebook terbaik dan favoritku

Kelebihan Asus X202E

Saat ini saya sudah 1 tahun menggunakan Notebook Asus X202E. Selama satu tahun ditemani oleh Asus X202E, berbagai pekerjaan saya sangat terbantu dengan berbagai kelebihan Asus X202E yang baru saya ketahui setelah saya menggunakannya. Kelebihan Asus X202E yang paling saya rasakan adalah kecepatannya saat starting. Saya hanya perlu menunggu sekitar 2 detik saat menekan tombol power sampai bisa masuk ke system windows. Ini yang belum pernah saya rasakan di notebook yang lain. Hal ini sangat membantu saya apalagi saat ada customer yang tiba-tiba menelepon saya menanyakan harga, sedangkan pada saat itu notebook saya sedang off.

Asus X202E di atas meja kerja saya di rumah
Asus X202E di atas meja kerja saya di rumah

Karena memori notebook Asus X202E yang cukup besar, yakni 4GB, maka membuat notebook ini nggak mudah terkena syndrome hank atau “not responding” saat membuka beberapa program sekaligus. Selain itu, memori yang besar ini juga sangat mendukung dalam kecepatan starting saat saya membuka berbagai program. Jadi saya tidak perlu lagi dibuat kesal hanya karena harus menunggu waktu lama saat mau buka program-program seperti office, ACD See, PDF, Adobe, dan program-program lain yang sering saya gunakan. Artinya, notebook ini bebas lemot.

Keunggulan notebook Asus X202E lainnya adalah, dengan notebook ini saya bisa melakukan pekerjaan saya sembari mengasuh anak saya. Saya yang berprofesi sebagai mompreneur (ibu rumah tangga sekaligus entrepreneur), harus pandai menyiasati waktu mengasuh anak dan mengerjakan urusan bisnis saya. Kadangkala pada saat yang bersamaan saya harus mengerjakan keduanya. Notebook Asus X202E yang berukuran slim dan tidak terlalu besar bisa saya taruh diatas rak boneka anak saya. Jadi saat saya menemani anak saya bermain, saya juga bisa sembari mengerjakan urusan bisnis dengan notebook Asus X202E.

Asus X202E di atas rak boneka (rak serbaguna)
Asus X202E di atas rak boneka (rak serbaguna)

Hal lain yang saya suka dari notebook Asus X202E adalah beratnya yang ringan sekali. Ukuran yang hanya 11.6” membuat notebook ini tidak terlalu berat dan karena enteng jadi bisa leluasa saya bawa kemana-mana seperti saat bertemu dengan rekan bisinis atau juga saat menjalankan hobi saya, yakni traveling.

Selain hal-hal yang sudah saya sebutkan di atas, ada keunggulan terpenting yang paling utama dalam menunjang performance notebook ini. Apakah itu? Baterai! Notebook Asus X202E baterainya tahan lama. Dalam kondisi menyala terus bisa sampai 3 jam. Dan yang pasti sampai lebih dari satu tahun saya menggunakan notebook ini, baterainya belum ngedrop sama sekali. Padahal, pengalaman saya sebelumnya dengan 2 merk notebook yang lain, satu tahun digunakan baterainya sudah mulai ngedrop. Jadi semakin cinta deh sama notebook Asus X202E.

Di luar semua kelebihan yang sudah saya sebutkan di atas, hal terpenting yang paling saya suka dan juga merupakan kelebihan dari notebook Asus X202E adalah modelnya yang terkesan elegan dan nggak murahan walaupun harganya sangat terjangkau kantong saya. Saya merasa model notebook ini sangat eksklusif, elegan dan pas digunakan bagi semua golongan.

Itulah semua keunggulan dan kelebihan notebook Asus X202E secara personal menurut saya. Untuk lebih jelasnya silahkan tonton video review saya di bawah ini mengenai notebook Asus X202E.

Asus X202E = Notebook Terbaik dan Favoritku

Selama satu tahun lebih menggunakan notebook Asus X202E saya telah merasakan berbagai kelebihan notebook Asus X202E. Saya jadi merasa hidup saya jadi lengkap. Mengapa demikian? Karena notebook ini sangat menunjang saya dalam mengerjakan segala urusan yang berkaitan dengan pekerjaan saya tanpa harus melalaikan kewajiban mengurus anak dan rumah tangga. Dan yang pasti lagi, notebook Asus X202E pas dan cocok sekali bagi pribadi saya sebagai seorang perempuan. Jadi tidak berlebihan jika saya bilang Asus notebook terbaik dan favoritku.

Balada Istri Galau

Istri Galau (image from: desi4inspiration.com)
Istri Galau (image from: desi4inspiration.com)

Siapa bilang galau itu cuma menjangkit ABG kawula muda nan alay bin lebay? Perempuan yang sudah berstatus istri pun juga kadangkala kena virus yang namanya GALAU! Ayo para istri, siapa yang pernah atau bahkan sering galau tunjuk hidung. Hahaha…

Ga mau munafik, saya kadangkala juga galau. Galau saya macam-macam penyebabnya. Yang paling HOT banget adalah beberapa hari yang lalu, saya galau luar biasa. Sampai saya ngomel-ngomel, marah-marah, dan tiba-tiba nangis sendiri (ya iyalah nangis sendiri, masa nangis berjamaah sih?!). Faktor utama penyebab galau saya beberapa hari yang lalu adalah saya merasa over exhausted dengan kehidupan yang saya jalani saat ini. Masalah keuangan, kerjaan, anak, suami, rumah, keinginan-keinginan pribadi saya, dan juga rasa iri melihat teman-teman saya yang begini-begitu merupakan penyebab utama saya merasa galau. Emosi saya benar-benar tak terkontrol. Dan makin nyeseknya lagi adalah saya nggak bisa curhat ke siapapun atas apa yang saya rasakan. Sedih banget kan… Gimana ga jadi galau tuh?

Tapi untungnya saya galau nggak berkepanjangan. Saya sadar kalau galau terus nggak akan menyelesaikan berbagai permasalahan yang saya hadapi saat ini. Energi positif mulai kembali muncul di diri saya menghilangkan energi negatif dari kegalauan yang sangat menyesatkan (halah!). Saya jadi semangat lagi untuk ngerjain urusan kerjaan dengan kembali berprinsip “nothing to lose”, apalagi kalau ingat ada beberapa mulut yang tergantung pada usaha yang saat ini kami (saya dan suami) jalankan. Sembari kembali berserah diri pada yang Kuasa, karena sekuat dan sehebat apapun usaha yang telah kita lakukan, kalau itu memang bukan rezeki kita, ya nggak akan datang ke kita. Yang namanya usaha kan pasti ada pasang-surutnya, disyukuri saja apa yang telah didapat selama ini.

Malam memang seringkali menggalaukan, tapi pagi waktunya untuk kembali semangat!

Bye-bye balada istri galau… Hehehe…

Hanya Ingin Jadi yang Ter(…) Untuk Suami

Profesi saya saat ini yang hanya sekedar ibu rumah tangga yang kerjaannya ngurus rumah, suami dan anak seringkali membuat saya merasa kurang berharga dan menghilangkan “bargaining position” saya dengan suami. Sebenernya sih saya nggak begitu ambil pusing dengan orang lain yang begini-begitu, perempuan lain yang jago ini-itu, dan lain sebagainya. Yang saya permasalahkan hanyalah saya yang ingin jadi yang ter(…) di mata suami saya (tentunya ter… yang baik-baik aja dong).

Respect Im Worth ItSaya nggak peduli orang lain menilai perempuan lain lebih cantik daripada saya, yang saya pedulikan adalah saya selalu jadi yang tercantik di mata suami saya. Saya nggak peduli orang lain menilai perempuan lain lebih hebat daripada saya, yang saya pedulikan adalah saya selalu jadi yang terhebat di mata suami saya. Mengapa begitu, karena dengan begitu saya akan merasa berharga untuk suami saya. Dan disitulah letak kebanggaan saya yang tertinggi sebagai seorang istri, seorang ibu rumah tangga.

Dengan status saya saat ini yang hanya seorang ibu rumah tangga, nggak ada lagi yang bisa saya banggakan. Tapi jika saya selalu jadi yang ter(…) untuk suami saya, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat saya merasa berarti.

Saya rasa istri-istri lain juga merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Benar bukan?