Suami Tukang Ngutang dan Judi by Liandra Sarah

Saya seorang istri berumur 25 tahun memiliki 2 orang anak, yang pertama 2 tahun dan yang kedua 3 bulan. Saya memiliki masalah rumah tangga yang sangat rumit. Suami saya suka berhutang dan berjudi. Sudah berkali-kali kami terkena masalah gara-gara kebiasaannya itu. Saat saya menulis curhatan ini, hati saya hancur dan berlinang air mata.

Sesungguhnya dari pacaran saya sudah tahu kalau suami saya suka main judi online. Saya pikir saya bisa mengubahnya. Tapi ternyata sekarang, saya sadar dia tidak akan pernah bisa berubah. Pantas saja orangtuanya pun sudah membuangnya.

Orangtuanya termasuk orang kaya di Makassar, tetapi sudah tidak mau berhubungan dengan dia karena dia selalu buat masalah dan menghabiskan banyak barang. Sampai kami menikah pun orang tuanya tidak mengetahui.

Kejadian pertama sebelum kami menikah kami bersama-sama membuat travel agent, saya yang menjalankannya, sedangkan dia saat itu masih menjadi karyawan di perusahaan listrik. Dia mulai berjudi dan meminjam uang hingga puluhan juta. Saat uang itu habis dia menangis pada saya dan berkata tidak mau lagi berjudi. Karena tidak tega, orangtua saya menengahi masalah ini dan para korbannya diminta bersabar karena kami akan mengganti uang mereka.

Kami akhirnya menikah. Selama pernikahan dia memaksa saya untuk meminjam sertifikat rumah tetangga untuk digadai di bank. Uang itu untuk membayar hutang-hutangnya. Sebenarnya saya tidak mau tapi kalau saya menolak dia pasti marah dan kami pun ribut. Saya paling tidak suka bertengkar akhirnya saya lakukan apa yang disuruhnya. 2 sertifikat rumah, 4 BPKB motor, dan dia mengambil kredit mobil baru. Jadi tiap bulan kami harus mencari untuk menyelesaikan semua kredit. Belum lagi hutang-hutang judinya.

Saat kami menikah dia sudah dipecat dari perusahaan dan akhirnya dia bekerja mengelola distributor buku sekolah yang bapak saya pimpin. Lagi-lagi dia berjudi, hingga mobil bapak saya digadaikan untuk cari pinjaman dan beberapa mobil rentalpun dia gadaikan.

Akhirnya terjadilah kejadian kedua, semuanya hancur karna judi. Dia mengajak saya melarikan diri ke kota lain karena hutang dia mencapai 1 Miliar. Saya ikuti dia karna saya sangat mencintai dia dan saat itu saya sedang hamil 3 bulan. Tapi wajah orangtua saya selalu terbayang hingga akhirnya saya minta kembali. Ternyata saya dan suami saya sudah dicari-cari polisi.

Ketika saya kembali, orangtua saya menyembunyikan saya hingga diasingkan ke papua di rumah adik bapak saya. Sedangkan suami saya sedang berusaha mencari cara untuk menyelesaikan semuanya. Dia melarikan diri ke batam. Dia bersama temannya disana bekerja di MLM.

Karena saya tidak betah di Papua akhirnya orangtua saya memindahkan saya ke Pekanbaru di rumah kakak mama saya. Disana saya sedikit betah, hingga suami saya menyusul saya ke Pekanbaru. Awalnya orangtua saya khawatir tetapi karena cinta saya, saya meyakinkan semua orang kalau dia sudah berubah.

Ternyata lagi-lagi saya salah, di Batam rupanya dia buat masalah gara-gara judi lagi dan di Pekanbaru pun begitu. Saya malu sekali sama seluruh keluarga di Pekanbaru. Dia menemani saya hingga lahir anak pertama saya, setelah 3 hari di melarikan diri lagi dari masalah hingga saya yang harus menghadapi korban-korbannya.

Katanya dia balik ke Makassar. Setelah saya tanya-tanya ke travel tempat dia beli tiket, ternyata dia ke Bandung. Sakit hati saya saat itu, hancur kejadian sebelum-sebelumnya terjadi kembali. Karena malu saya minta kembali ke Palu waktu umur anak saya 50 hari. Tetapi saya tidak bisa bebas seperti dulu. Orangtua saya secara sembunyi-sembunyi memasukkan saya ke rumah biar tetangga tak ada yang tau.

Selama beberapa bulan saya hanya bisa beraktifitas di dalam rumah. Suami saya sudah bisa mengirim uang karena dia sudah bekerja menjadi sekuriti. Selain mengirim uang untuk membeli popok dan susu, dia juga mengirim untuk menyicil hutang-hutangnya di Palu (sedikit-sedikit orang tua saya membantu melunasi hutang-hutang kami).

Katanya dia dipindahkan ke Manado dan dia menjemput saya di Palu untuk di bawanya hidup bersama di Manado. Katanya dia sudah berubah dan berjanji pada orangtua saya untuk merubah kebiasaan berjudinya. Dan lagi-lagi kami percaya.

Sesampainya saya di Manado ternyata dia sudah tidak bekerja dan dia masih berjudi. Sungguh sakit hati saya melihat dia tidak berubah tetapi saya malu jika bilang ke orangtua saya tentang hal ini karena saya mati-matian selalu membela dia.

Akhirnya saya bersabar dengan keadaan. Sesungguhnya dia suami yang penyayang cuma kalau kalah judi pasti dia marah-marah emosian. Hingga saya hamil anak kedua dan melahirkan dia benar-benar menemani saya, uang yang kami pakai sehari-hari adalah uang hasil judi. Kadang ketika melihat anak-anak saya, saya merasa bersalah telah membiarkan mereka tumbuh dengan uang haram. Sudah sering saya ingatkan suami saya tapi ujung-ujungnya kami ribut bertengkar.

Ingin rasanya saya pergi mencari uang halal tapi tidak ada yang bisa menjaga anak-anak saya yang masih kecil-kecil. Suami saya sesungguhnya orang yang pandai dan tampan. Dia sering memanfaatkan kepandaiannya dalam melobi orang. Tapi saat ini kami terkena masalah hutang lagi karena judi setan itu.

Ya Allah, sungguh saya ini istri tidak berguna. Saya tidak bisa mengingatkan suami tentang hal baik. Saya benci diri saya sendiri karena terlalu bodoh. Saya tidak ingin menyesali pernikahan ini karena saya tidak ingin menyesali adanya anak-anak saya yang terlahir ke dunia.

Sekarang saya bingung apa yang harus saya lakukan? Besok suami sudah akan bermasalah dengan para orang yang dia pinjamin uang. Sedangkan disini mama saya lagi berkunjung. Jika beliau tau maka habislah kami berdua. Mungkin selamanya tidak akan ada kepercayaan lagi dari orangtua.

Saat ini saya hanya bisa menangis memandang wajah anak-anak saya. Jika esok sesuatu yang buruk terjadi maka saya hanya akan pasrah.

Pesan untuk wanita-wanita lain, jangan pernah mencintai pria penjudi karna sama saja dengan bunuh diri.

Leave a Reply