Jangan Sampai Menyesal

Masih seputar ibu rumah tangga dan full time mother, profesi yang saya geluti saat ini. Kadang saya ngerasa iri pada teman-teman saya yang bekerja disini, lanjut kuliah disana, dan pencapaian-pencapaian lain yang mereka dapatkan. Ingin sekali rasanya bisa mengaktualisasikan diri lagi seperti mereka. Tapi saya tidak bisa. Saya stuck di rumah. Saya harus jadi ibu rumah tangga. Saya harus mengurus anak saya.

Jujur, saya kadang benci sama keadaan saya saat ini yang HANYA menjadi ibu rumah tangga biasa. Mungkin perasaan yang sama juga seringkali dirasakan wanita lain yang berprofesi sama seperti saya. Menurut saya sih hal itu wajar. Apalagi untuk wanita yang dulunya sibuk berkarier, lalu tiba-tiba harus berhenti bekerja di luar rumah karena sudah berkeluarga dan memiliki momongan. Perasaan tersebut sangat manusiawi. Tapi kita jangan sampai terbelenggu terus-terusan dengan hal itu. Ingat, ada banyak hal yang membutuhkan perhatian kita. Itulah pentingnya ada ibu rumah tangga.

Saya dan anak saya (Avi)
Saya dan anak saya (Avi)

Perasaan kesal yang saya rasakan saat menyadari saya hanya seorang ibu rumah tangga berubah saat saya sadar anak saya saat ini sangat membutuhkan perhatian saya. Anak saya, Avi, yang sekarang berusia 27 bulan menjadikan saya sebagai pusat kehidupannya. Ada perasaan lain saat anak saya memanggil “ibu, ibu” untuk setiap hal yang Avi lakukan dan ia ingin menunjukkan pada saya. Memang capek, tapi lumayan bikin girang kalau anak saya ngajakin saya joged-joged atau dansa ala princess. Dan yang pasti, saya tau kalau ada satu orang yang selalu menemani saya saat ini.

Saya jadi menikmati profesi saya sebagai ibu rumah tangga, menikmati setiap detik yang saya lalui bersama Avi. Mensyukuri bahwa saya bisa 24 jam selama tujuh hari saya menjadi full time mother, selalu bersama-sama Avi. Saya juga bisa memantau setiap perkembangan Avi. Semua itu sesuatu yang tidak bisa tergantikan dengan hanya sekedar aktualisasi diri, sesuatu yang tidak bisa kita ulang kembali di kemudian hari.

Saat anak kita baru lahir sampai sekitar umur 7 tahun adalah waktu yang sangat berharga bagi kita untuk mendapatkan perhatian penuh dari anak. Karena setelah usia tersebut anak akan mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Saat itulah kita yang nantinya malah minta perhatian dari anak. Apalagi saat anak memasuki masa puber. Habislah waktu anak untuk kita. Maka dari itu, saat kita masih jadi pusat kehidupan anak, jangan sia-siakan waktu yang ada supaya kita jangan sampai menyesal nantinya.

Ibu vs Asisten Rumah Tangga

Marvina Annora Sitorus (Avi), anak pertama saya yang saat ini sudah berumur 2 tahun 3 bulan. Sejak hamil Avi saya memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Saya ingin serius dalam mengurus dan mendidik Avi. Pasca melahirkan, saya mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan dari orangtua, mertua, saudara, baby sitter apalagi asisten rumah tangga (pembantu). Kalaupun ada bantuan, hanya dari suami saya, mengingat kami merantau di pulau orang. Intinya saya ingin mendedikasikan diri saya untuk anak tercinta.

Saya dan suami memiliki usaha bersama, sejak saya melahirkan, saya tidak ikut menangani usaha tersebut karena harus mengurus Avi. Saat usia Avi genap satu tahun, kami melihat banyak ketidakberesan dalam usaha kami tersebut, jadilah saya harus ikut berkecimpung lagi mengurus usaha kami kalau tak ingin semuanya jadi berantakan. Sejak saat itu, waktu saya mulai terbagi-bagi antara mengurus anak, rumah dan urusan kerjaan. Saya mulai merasa kekurangan waktu untuk dapat menjalankan semua itu. Akhirnya pada November 2012 saya dan suami memutuskan untuk mempekerjakan seorang Asisten Rumah Tangga (ART) yang bisa membantu saya dalam mengurus rumah dan menemani Avi kalau saya sedang sibuk mengurus pekerjaan di kantor.

Ketika ada ART, memang pekerjaan kantor dan rumah jadi cepat terselesaikan dan beres semua, tapi urusan Avi jadi agak keteteran. Karena merasa sudah ada ART yang menemani Avi, saya jadi kurang menyisihkan waktu bersama Avi. Sampai akhirnya saya tersadar kalau banyak perilaku Avi yang mencontoh dari ART saya. Dari situ saya sadar jika dibiarkan terlalu lama Avi lebih sering bersama ART ketimbang bersama saya, bisa kacau perilakunya. Menyadari akan hal itu, maka saya mulai memberikan banyak waktu lagi bersama Avi. Februari 2013, ART saya resmi berhenti kerja. Itu artinya Avi kembali di bawah didikan saya lagi 100%.

Setelah saya tidak memiliki ART lagi, bersama dengan suami, saya mendidik Avi dengan sepenuh hati. Kami bahu-membahu saling membantu dalam hal mengasuh Avi dan mengurus pekerjaan kantor. Disitulah mulai terlihat berbedaan perilaku dan perkembangan Avi ketika ada ART dan ketika hanya dibawah pengasuhan orangtuanya. Avi terlihat lebih ceria, cerdas, sehat dan perilakunya menjadi lebih baik.

Waktu masih ada ART, Avi selalu diam saja jika bermain ditemani ART saya dan Avi selalu kegirangan jika saya mengajaknya bermain lagi ketika sudah menyelesaikan urusan kantor. Ketika ART sudah tidak ada lagi, Avi menjadi sangat ceria karena selalu ditemani saya atau ayahnya. Keceriaan Avi terlihat saat bermain, Avi lompat-lompat, joged-joged, tertawa dan berani mencoba segala jenis permainan kalau Avi kami ajak ke tempat bermain anak-anak.

Dalam hal kecerdasan, jelas sekali perbedaannya. Setelah Avi kembali dalam pengasuhan saya 100%, Avi kembali mau mengeksplorasi semua mainannya, pintar bernyanyi, dan mulai mengenal beberapa kosa kata bahasa Inggris (no, sorry, elephant, horse, flower, wait, look, bye-bye, princess, one two three four five, butterfly, bird, star, head, nose). Avi juga menjadi sangat ramah dengan orang lain. Selain itu, kalau waktu masih ada ARTdulu, kadang Avi suka mukul, teriak-teriak, sekarang hal itu sudah jarang lagi dilakukannya.

Avi si Cameragirl
Avi si Cameragirl

Ada satu pengalaman yang sangat berkesan ketika Avi sudah 100% dalam asuhan saya lagi. Saat itu Avi berumur 21 bulan, ia ikut di acara syuting program Holiday di Bali. Saat di lokasi syuting dan ketika syuting sedang berlangsung, Avi hanya melihat sekeliling dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh para crew, terutama cameraman. Setelah syuting berakhir, Avi mulai memberanikan diri untuk mendekati para crew dan berputar-putar di sekitar kamera yang sedang nganggur, lalu Avi menyuruh ayahnya untuk menurunkan kamera agar sejajar dengan tinggi badannya. Setelah itu saya takjub dengan apa yang dilakukan Avi selanjutnya. Ia berpura-pura layaknya seorang cameraman yang sedang ambil gambar. Persis seperti yang dilihatnya tadi saat sang cameraman sedang bekerja. Dari kejadian itu saya melihat banyak karakter pemimpin yang muncul dalam diri Avi misalnya: cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, rasa percaya diri yang tinggi, berani tampil di depan umum, dan berani mencoba hal baru.

Pengalaman 3 bulan memiliki ART bagi saya sudah lebih dari cukup. Pekerjaan rumah tangga memang jadi terbantu, tapi tidak dengan perkembangan dan pertumbuhan Avi. Perkembangan Avi jauh lebih pesat jika dalam asuhan saya 100%. Hal ini merupakan modal awal untuk membentuk berbagai karakter pemimpin dalam diri Avi, anak saya. Dari cerita saya diatas sangat terlihat pentingnya peran seorang ibu untuk si pemimpin kecil.

Housewife = Priceless Job

Housewife / Ibu Rumah Tangga (image from: http://2.bp.blogspot.com)

Housewife atau Ibu Rumah Tangga (IRT), sebagian besar orang masih memandang rendah jabatan ini dan tidak mengakui kalau IRT adalah satu profesi. Hal ini disebabkan karena IRT tidak menghasilkan pendapatan berupa uang. Akan tetapi pernahkan terpikirkan oleh anda kalau saja semua pekerjaan IRT dalam 24 jam harus dikerjakan oleh orang lain, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan?

Yang pasti, nggak mungkin hanya satu orang yang akan melakukan semua pekerjaan dalam 24 jam itu karena maksimal jam bekerja hanya 8 jam. Berarti harus ada 3 shift. Artinya, butuh 3 orang dalam 24 jam. Masih belum lagi kalau punya anak, lebih dari satu pula! Artinya lagi, harus menggaji nanny sejumlah anak. Ya, tinggal dikalikan saja berapa banyak orang yang harus dipekerjakan untuk melakukan semua pekerjaan IRT tersebut…

Memang profesi ibu rumah tangga tidak mendatangkan penghasilan, tapi profesi tsb melakukan penghematan atas pengeluaran rumah tangga yang sangat luar biasa. Dan yang tidak akan pernah bisa terbayar oleh apapun adalah 24 jam dalam sehari seorang IRT dengan penuh cinta berada disisi putra putrinya dan dengan sabar merawat dan mendidik mereka.

Housewife is a priceless job, isn’t it?

So, jangan pernah remehkan istri anda yang hanya seorang ibu rumah tangga.