Dalam hidup tentu begitu banyak hal bisa terjadi. Ada yang nyenengin, nggak ngenakin, bikin galau, bikin marah, bikin sedih, bikin tertawa, dan juga bikin nangis terharu. Well, kalau hidup kita selalu dihadapkan pada hal yang membahagiakan mungkin memang akan terasa sangat menyenangkan. Namun hidup seperti itu tak ubahnya hanya seperti naik komidi putar. Hanya berputar saja di tempat yang sama dan lama-kelamaan bisa membuat kita merasa bosan. Hidup itu, terutama hidup saya, seperti roller coaster. Banyak sekali up and down-nya. Kalau pas lagi kena “up” ya pasti seneng dong ya. Ga perlu lah saya berbagi bagaimana saya menikmati hidup kalau pas lagi “up” karena setiap orang punya cara masing-masing untuk menikmati kesenangan dalam hidupnya. Tapi kalau pas lagi kena yang namanya “down”, beuugghh… ini bisa bikin saya galau dan termehek-mehek setengah gila! Hahaha… Banyak banget hal-hal yang bisa bikin kita merasa “down”. “Down” ini bisa dikarenakan hal yang sepele sekalipun. Apalagi buat saya yang saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Nah, gimana cara saya menghadapi “down”? Kali-kali aja ada yang mau mencoba cara saya mengatasi hal-hal nggak ngenakin dalam hidup. Hehehe… Berikut rinciannya:
“Down” karena Teman
Seringkali teman kita tidak sebaik yang kita bayangkan. Ada aja teman yang “nusuk dari belakang” atau layaknya “musuh dalam selimut”. Saat kita mengetahui apa yang mereka lakukan pada kita, pastinya akan membuat kita merasa down, nggak nyangka mereka bisa setega itu melakukan hal nggak ngenakin ke kita. Kalau saya menghadapi hal yang seperti itu biasanya saya sih “cukup tau aja”, setelah itu saya akan mulai menjaga jarak dengan teman tersebut. Ya, meninggalkannya dalam lembaran hidup sebelumnya. Cukup dia menjadi salah satu “penggembira” saja di masa lalu. Membuat saya belajar tentang tipe-tipe manusia dan bagaimana cara menghadapinya.
Hal lain yang bisa membuat kita “down” karena teman adalah terjadinya perselisihan dengan teman. Kalau ini yang terjadi, biasanya saya akan mencoba membuka pembicaraan dengannya, meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kalau respon darinya negatif. Ya sudah, ngapain kita nyapek-nyapekin diri sendiri. Ngabisin waktu dan energi hanya untuk mikirin orang yang sudah nggak peduli lagi. Jadi, tinggalkan saja dia dalam halaman lama lembaran hidup kita. Cukup menjadi salah satu sejarah hidup kita. Hehehe…
“Down” karena Bisnis
Saya dan suami saat ini mempunyai usaha sendiri di Bali. Dalam menjalankan usaha ini banyak sekali rintangan yang menghadang. Hal ini kadang membuat kami, terutama saya, seringkali merasa “down”. Hal pertama yang saya lakukan untuk mengatasi perasaan “down” karena bisnis itu biasanya saya minta dipeluk suami. Entah kenapa setelahnya saya pasti akan merasa “everything is gonna be okay”. Setelah itu, kami akan membahas langkah-langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi. Lalu berangan-angan bersama kalau usaha kami akan sukses di masa yang akan datang. Ya, hal itu cukup melegakan saya.
“Down” karena Anak
Sebagai seorang ibu rumah tangga dan fulltime mother tentunya setiap hari saya berjibaku dengan anak saya (Avi). Nah, ngurus anak ini “gampang-gampang susah” ternyata. Kalau pas kena di yang susahnya suka bikin stress. Susahnya itu misalnya seperti menghadapi Avi yang lagi tantrum, nangis-nangis jejeritan sampai memekakkan telinga. Kalau pas lagi seperti itu, seringkali saya pengen mukul Avi. Tapi saya tahan, saya memilih untuk meninggalkannya ke ruangan yang lain. Membiarkan anak saya nangis-nangis sendiri sampai saya mendengar tangisnya mulai sedikit reda baru saya hampiri Avi, dan memeluknya.
Hal lain, kalau saya merasa kelelahan mengurus Avi. Secara ya, saya di Bali tinggal hanya bertiga sama suami dan Avi, tanpa asisten atau baby sitter. Kelelahan ini seringkali membuat saya emosi. Seringkali saya ngomel-ngomel pada Avi. Kalau sudah seperti itu, biasanya hal tersimple yang saya butuhkan adalah menikmati mandi yang tenang dengan air hangat. Itu cukup melonggarkan syaraf dan otot saya yang tegang.
“Down” karena Pasangan (Suami)
Nah, ini nih yang paling penting. Karena seringkali suami melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak mengenakkan ke kita baik disengaja ataupun tidak. Kalau itu terjadi, nggak lain dan nggak bukan, yang saya lakukan adalah menangis. Menumpahkan semua emosi hanya pada diri sendiri. Biasanya setelah nangis perasaan saya akan agak enakan. Setelah itu, biasanya saya berusaha untuk mengingat kebaikan-kebaikan suami, dan bukan keburukannya. Karena kalau keburukannya yang saya ingat mungkin sudah sejak lama saya akan meninggalkan dia. Tapi kalau kebaikannya yang saya ingat-ingat, maka akan selalu muncul perasaan dialah yang terbaik untuk saya dari semua “begundal” yang pernah hadir dalam hidup saya. Hehehe…
Itulah yang saya lakukan kalau ada beberapa hal yang bikin saya down. Intinya sih, saya berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri, terutama dengan hati. Hal itu membuat saya jadi lebih mencintai diri sendiri. Karena mustahil mengharapkan orang lain akan mencintai diri kita seperti yang kita inginkan. Makanya, hanya kita sendiri yang bertanggung jawab untuk mencintai dan membuat diri sendiri bahagia.
********************************************
Postingan ini untuk mengikuti giveaway echaimutenan.