Baby blues, baby blues, baby blues…
Sejak kuliah saya sudah tahu istilah ini, tapi belum pernah ngerasain yang namanya baby blues. Nah, pas setelah melahirkan baru deh tahu yang namanya baby blues itu seperti apa…
Saya mengalami baby blues mulai sehari setelah pulang dari rumah sakit sampai sekitar satu minggu setelahnya. Baby blues itu bawaannya sediiihhh terus (sedih tanpa sebab)… Pengen nangiiiissss terus (nangis yang kebanyakan tanpa sebab juga)…Ga ada angin, ga ada badai, ga ada tsunami, cuman ngelihat si kecil yang lagi tidur, tiba-tiba nangiiisss aja…
Baby blues yang saya alami paling kerasa kalo pas si kecil lagi rewel dan saya nggak bisa bergerak cepat untuk menenangkan bayi saya. Pernah suatu malam si kecil nangis menjerit-jerit karena lapar. Asi saya belum keluar banyak saat itu. Dan karena bekas luka operasi caesar masih terasa sangat sakit, saya tidak bisa bergerak cepat untuk membuatkan susu si kecil. Alhasil si kecil nangis sejadi-jadinya. Ketika selesai membuatkan susu, saya menggendong dan menimang-nimang si kecil sambil menangis. Saya merasa sangat tidak berdaya saat itu. Rasanya seperti semua orang menunjuk muka saya sambil berkata “Kamu itu ibu yang tida becus ngurus anak!!!”. Sediiihhh banget rasanya…
Dua bulan berselang, saya mulai bisa mencerna mengapa saya mengalami yang namanya baby blues. Selain karena perubahan hormon (dari hormon kehamilan dikembalikan lagi ke hormon normal aka tidak hamil), menurut saya salah satu faktor yang menjadi penyebab baby blues adalah tidak ada orangtua (atau orang lain yang dapat bertindak seperti orangtua) yang menemani kita saat dan pasca melahirkan. Hal ini menyebabkan si ibu merasa sendiri, tidak ada yang membantu mengurus bayi dan si ibu, tidak ada yang memberi tahu harus bagaimana, tidak berdaya, terlebih lagi harus menahan sakit setelah proses persalinan. Itulah yang saya alami.
Saya melahirkan tanpa ditunggui orangtua saya ataupun orangtua suami saya, kami mengurus semuanya berdua saja. Setelah pulang dari rumah sakit pun saya langsung mengurus semuanya sendiri, mulai dari mengurus si kecil, perlengkapan si kecil dan juga mengurus diri saya yang baru melahirkan. Nah, disaat hormon sedang berproses ke kondisi semula (tidak hamil) dan tubuh sedang beradaptasi dengan kondisi yang baru (ada si kecil), ibu membutuhkan pertolongan dan dukungan dari orang yang menyayanginya, seperti orangtua. Terutama untuk memberi tahu harus bagaimana setelah melahirkan karena orangtua (terutama ibu) pastinya punya pengalaman mengurus anak dan diri sendiri setelah melahirkan. Inilah yang saya tidak dapatkan ketika melahirkan. Menurut saya ini hal utama penyebab baby blues.
Jadi intinya, menurut saya baby blues adalah perasaan sedih yang muncul setelah melahirkan yang dapat mengakibatkan si ibu menjadi sangat sensitif dan bisa tiba-tiba menangis tanpa sebab. Penyebab baby blues selain faktor hormonal dan tubuh yang sedang melakukan proses adaptasi plus penyembuhan luka melahirkan, juga dapat berasal dari kurangnya dukungan dari orang lain (si ibu merasa sendiri).
Untuk mengatasi baby blues (ini pengalaman saya lho ya…), ada beberapa cara:
- Mintalah suami untuk memeluk anda dan menangislah sejadi-jadinya
- Mintalah “me-time” pada suami dan biarkan dia yang mengurus anda sejenak.
- Istirahat yang cukup.
Oke, itu yang dapat saya bagi tentang baby blues. Dan perlu diingat, tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman saya. Tidak ada unsur ilmiah yang mengacu pada riset yang dapat dipertanggungjawabkan di kalangan kaum intelektual (halah, ngomong apa sih gw???)
Untuk ibu-ibu yang akan atau baru melahirkan, selamat mengalami yang namanya baby blues… (lho?)
Denpasar, 12 September 2011 22:23 WITA
~celoteh istri