Kemarin saya baru nonton Sang Pemimpi. Salah satu hal yang disoroti pada film tersebut adalah tentang ayah. Ayah nomor satu di dunia. Yah, bagi seorang anak, ayahnya selalu akan menjadi ayah nomor satu di dunia. Begitu juga bagi saya. ayah saya orangnya keras dan kaku. Beliau tidak pandai mengungkapkan kasih sayang dengan baik pada anak-anaknya. Tapi saya tahu, kasih sayang yang tak terucap itu bukan karena ia tidak sayang pada anaknya, tapi karena beliau tidak tahu bagaimana cara yang paling tepat mengungkapkannya dalam sudut pandang kita (anaknya). Memang, tak tak perlu kata-kata, cukup dengan perbuatan yang nyata.
Ayah Ikal
Bagi Ikal, ayahnya merupakan ayah nomor satu di dunia. Salah satu pembuktiannya, saat Ikal dan Arai masih SMA. Pembagian raport merupakan peristiwa yang istimewa bagi ayah Ikal. SMA Ikal dan Arai yang terletak di Manggar, sedangkan rumah Ikal di Gantong, bukan alasan bagi ayah Ikal untuk tidak menghadiri acara itu. Ia rela mengayuh sepedanya puluhan kilometer hanya untuk menghadiri acara pembagian raport itu.
Selain itu, ayah Ikal juga hanya memiliki satu baju safari. Safari empat kantong. Baju terbaik yang dimilikinya. Hanya dipakai di acara-acara tertentu saja. Acara yang menurutnya istimewa. Dan ayah Ikal selalu mengenakannya di acara pembagian raport. Sungguh, pembagian raport benar-benar acara yang sangat istimewa bagi ayah Ikal.
Seperti kebanyakan ayah, ayah Ikal juga tak banyak kata. Ia hanya menyunggingkan senyum dan mengucapkan salam saat berpamitan pulang setelah menerima raport anaknya. Hanya dengan itu ia mengungkapkan rasa bangganya pada Ikal dan Arai.
Ayah Saya
Saat baru masuk perguruan tinggi, saya harus melakukan daftar ulang dan papa saya mengantar saya untuk daftar ulang tersebut. Karena setelah daftar ulang saya harus langsung masuk kuliah, maka saya langsung membawa barang-barang yang saya butuhkan selama menempuh kuliah. Melihat barang-barang bawaan saya cukup banyak, papa saya memutuskan untuk mengantar saya dengan mengendarai mobil sendiri. Papa nyetir mobil sendiri ke Bogor. Jember-Bogor bukan jarak yang pendek. Jember itu terletak di ujung timur pulau Jawa, sedangkan Bogor letaknya di ujung barat pulau Jawa. Butuh waktu sehari semalam untuk menempuhnya. Kalo dihitung kasar, jaraknya mungkin sekitar seribuan kilometer lah… Bayangkan, jarak lebih dari seribu kilometer beliau tempuh sendiri dengan menyetir mobil tanpa sopir pengganti. Dalam perjalanan, papa hanya istirahat tidur sebentar (tidak kurang dari satu jam) kalau kami sedang mengisi bahan bakar di SPBU. Saya nggak kebayang gimana capeknya papa. Tapi di luar itu, bagi saya, my father is the best driver I ever met. Beliau lincah sekali kalau menyetir mobil… 🙂 Continue reading →