Tentang “Pernikahan”

Kembali untuk kesekian kalinya, saya meresahkan hal ini. Melihat satu per satu teman saya melepaskan masa lajangnya, memulai hidup baru yang bahagia, sangat munafik kalau saya tidak bereaksi akan hal itu.

Berawal ketika mendengar bahwa salah seorang teman seagkatan saya (satu SMA dan satu universitas) memutuskan untuk menikah, ada rasa nggak percaya dalam hati ini. Masa sih si ”A” nikah secepat ini? Sama siapa? Apa dia udah siap?

Pertanyaan-pertanyaan itu berulang ketika ada salah satu teman SMA yang juga mengakhiri masa lajangnya. Gak percaya mereka bakalan nikah secepat ini…

Melihat bahagia di wajah mereka, jujur saya iri… iri sekali… kapan yah saya bisa ngerasain apa yang mereka rasakan? Merasakan kebahagiaan itu? merasakan menjadi wanita yang ”sempurna”?

Sebenarnya yang menjadikan saya teramat sangat gamang adalah bukan kapannya saya menikah, tapi dengan siapa saya akan berbagi hidup nanti… Continue reading →

CANTIK

Gak sengaja buka – buka file – file  jadul, terus aku nemuin artikel ini. Artikel ini kubuat waktu aku masih semester 2 di IPB. Jadi harap maklum aja kalo bahasanya masih aneh bin ajaib, alurnya juga masih loncat – loncat (yee, emangnya kanguru… hehehe… 😛 ) dan inti pesannya juga sederhana, tentang bagaimana aku memandang kecantikan.

Ok, selamat membaca.

Cantik itu RELATIF.

Tergantung dari sudut pandang mana kita menilai kecantikan itu.

Namun, satu hal yang tak bisa dipungkiri bahwa kita selalu berorientasi dari segi fisik (terutama para laki-laki) saat menilai kecantikan seseorang waktu pertama kali bertemu.

Saya prihatin sekali melihat orang yang sampe ribut – ribut karena takut wajahnya jadi keriput, kulitnya tak lagi putih, badannya tidak seksi lagi, dll. Memang, kita harus merawat diri, karena kecantikan yang kita miliki adalah anugerah yang diberikan Allah pada kita. Namun, hal itu harus dalam batas-batas kewajaran saja. Jangan sampe karena perawatan wajah dan tubuh, kita ampe jual isi lemari! Hehehe… 😛 Jangan terlalu memusingkan fisik karena sifat manusia selalu tidak pernah puas atas apa yang sudah diberikan Allah pada kita, padahal Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Continue reading →

Just Quick Update :)

Dear All, rasanya sudah lama ya saya nggak nulis – nulis lagi? Bukan – bukan karena saya sudah bosen untuk nulis lagi, tapi karena ada hal lain yang lebih urgent untuk saya tangani. Yah, apalagi kalo bukan skripsi… 🙂

Jujur ya, saya boseeeennnnn banget sama skripsi saya… keseringan nulis hal yang ringan – ringan, nulis skripsi malah jadi ngebetein banget. Apalagi di bagian tinpus… Aaarrrggghhhh… bagi saya, bagian tersulit dalam pembuatan skripsi adalah tinpus. Saya yang terbiasa nulis dengan pikiran saya sendiri, jadi agak kesusahan merangkumkan pemikiran beberapa orang… masih belum lagi dengan permasalahan harus menuliskannya secara ilmiah… Fiuuhhh, tantangan plus cobaan terberat buat saya nih…

Yah, terhitung dari hari sabtu 9 Januari 2010, saya fokus mengerjakan skripsi. Sebenernya selama nulis skripsi, dorongan untuk bikin tulisan yang ”saya banget” sudah sangat kuat dalam diri. Tapi saya harus fokus, HARUS!!!

Sedih banget menahan diri untuk nggak nulis yang nggak ada hubungannya sama skripsi… tapi ya gimana lagi, ini adalah satu episode dalam hidup saya yang harus saya jalani… Dan saya hatus segera melewatinya!!

Selama dua minggu lebih saya begadang, mendekam di kamar sampe saya demam karena kecapean, akhirnya, skripsi saya selesai…. oke, oke, saya memang belum sidang (seminar aja belom, apalagi sidang!) tapi at least, saya udah ngedraft dua kali dan dosen pembimbing saya juga sudah menyuruh saya membuat draft makalah seminar… Yeyeyey… Usaha saya sudah sedikit kelihatan hasilnya 😀 *senengsenengseneng*

Besok, saya ada jadwal ketemu dua dosen pembimbing skripsi saya jam 9 pagi untuk ngebahas dan mendiskusikan hasil skripsi. Doain saya ya… karena, besok adalah hari yang sangat menentukan apakah saya bisa seminar selasa minggu depan atau nggak. Kalo misalnya saya nggak bisa seminar minggu depan, it means saya baru bisa seminar bulan depan! Why? It’s because of my South East Asia (Asean) Trip… 🙂

Bogor, 26 Januari 2010 17:32

~Okvina Nur Alvita

TKW ohhh… TKW

Saya tadi baru saja jadi pembahas seminar skripsi salah satu temen di IKK, Nisun. Skripsi dia tentang TKW (Tenaga Kerja Wanita). Seperti biasa, di akhir seminar, pembimbing akan memberi pembahasan singkat dan menjelaskan lebih lanjut tentang penelitian anak bimbingnya. Oh iya, pembimbing skripsi Nisun namanya Bu Herien.

Bu Herien menjelaskan salah satu penyebab negara lain meremehkan Indonesia dan memandang rendah Indonesia adalah karena TKW. Sejak Indonesia mengekspor tenaga kerja kasar ke luar negeri, citra Indonesia di mata dunia langsung merosot tajam. Termasuk di mata negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura. Pemerintah tidak dapat melakukan apapun, karena TKW adalah salah satu penyumbang devisa di Indonesia.

Well, saya tidak akan menjelaskan tentang hal itu. Yang saya ingin bahas adalah bagaimana suami ketika ditinggal istri mencari nafkah di luar negeri.

Primary Bread Winner?

Ditinggal istri, saya sangat yakin ini bukan hal yang mudah bagi para suami. Suami harus mengambil alih semua peran istri selama istri mencari nafkah di luar negeri. Suami harus mengurus anak dan juga mengurus pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh wanita, dengan terpaksa harus dikerjakan oleh laki – laki. Stress?? pastinya… tapi menurut saya, ini adalah konsekuensi dari pilihan yang telah mereka sepakati bersama.

Ditinggal istri bekerja di luar negeri, menjadi TKW adalah pilihan. Pilihan yang harus diambil karena si suami tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan layak. Dari hasil penelitian, sekitar 70 persen TKW menyumbang sebanyak 60 – 80 persen dari total pendapatan keluarga. Oh My God, berarti suami cuman nyumbang 20 – 40 persen aja dong dari pendapatan keluarga??? Kontribusi suami hanya kurang dari separuh pendapatan keluarga? Miris sekali ketika tahu kenyataan ini, mengingat fungsi suami sebagai pencari nafkah keluarga.

Continue reading →

Pelajaran Pagi Ini

Tadi pagi saya beli gorengan di ibu – ibu yang jualan keliling. Sebenarnya bukan kebiasaan saya beli gorengan pagi – pagi. Tapi karena tadi pagi perut mendadak keroncongan, dan kebetulan ada ibu penjual gorengan keliling, jadilah saya beli beberapa gorengan.

Nggak banyak sih yang saya beli, cuman 1 risol, 1 bakwan jagung dan 1 tahu isi. Saya bayar dengan selembar uang 5000-an. Trus si ibu ngasih kembalian ke saya. Pas saya mau beranjak, ibu penjual gorengan nahan saya.

“Ini Neng, ditambahin satu deh”, kata si ibu penjual gorengan seraya memberikan 1 buah risol pada piring saya.

Saya kaget, “buat saya bu?”, tanya saya.

“Iya”, jawab ibu itu.

“Makasih ya bu…”, saya speechless dan hanya bisa mengucapkan kata itu.

Sebenarnya saya ingin menolak waktu ibu penjual gorengan ngasih satu gorengan ke saya. Tapi saya takut menyinggung perasaannya kalau saya menolak pemberiannya.

Ya ampuunnn… Saya jadi berpikir, hanya berapa rupiah keuntungan dari menjual gorengan tiap hari. Tapi dengan keuntungan yang tidak terlalu besar itu, si ibu penjual gorengan masih mau memberikan sebagian dari keuntungannya pada saya…

Pikiran saya jadi melanglang pada para pedagang, pengusaha dan pebisnis tingkat tinggi, yang notabene orang-orang berduit. Mereka menganut prinsip ekonomi, yaitu bagaimana caranya memperoleh keuntungan sebesar – besarnya dengan modal sekecil – kecilnya. Beda banget ya sama ibu – ibu penjual gorengan itu…?

Walaupun ibu penjual gorengan bukan orang kaya dan walaupun keuntungan yang dia peroleh tidak terlalu banyak, tapi dia masih mau berbagi sama saya…

Saya baru kenal tadi pagi dengan ibu penjual gorengan dan baru tadi pagi juga saya membeli gorengan ke dia, tapi ia sudah mau berbagi sama saya. Saya jadi ingat satu quotes yang isinya “Berbagilah kebahagiaan maka kebahagiaanmu akan bertambah, berbagilah kesedihan maka kesedihanmu akan berkurang”.

Mungkin si ibu penjual gorengan itu sedang bahagia karena saya membeli gorengannya atau mungkin karena alasan lain yang saya tidak tahu. Dan ia hanya ingin berbagi kebahagiaannya dengan saya, dengan memberi bonus satu gorengan untuk saya. Mungkin dengan melihat senyum saya, kebahagiaan yang ia rasakan dapat bertambah. Mungkin…

Teman – temanku, berbagilah pada semua orang, apapun bentuknya. Berbagi kegembiraan ataupun kesedihan. Walaupun kita hanya bisa berbagi sepotong senyuman, tapi mungkin dengan itu bisa menambah kebahagiaan kita dan juga kebaahagiaan orang lain… 🙂

“Berbagilah kebahagiaan maka kebahagiaanmu akan bertambah, berbagilah kesedihan maka kesedihanmu akan berkurang”

Silahkan mencoba…

Bogor, 8 Januari 2010 17:08

~Okvina Nur Alvita

Laki – Laki dan Superioritas

Laki-laki, dari jaman Nabi Adam sampai jaman Presiden SBY, yang namanya laki – laki selalu ingin lebih daripada wanita. Udah kodrat kali ya? Karena wanita kan terbuat dari tulang rusuk laki – laki, jadi wanita terbuat dari bagian laki – laki. Artinya, laki – laki merasa lebih kuat dari wanita karena ia terbuat dari bagian yang utuh, tidak hanya sebagian.

Yah, karena laki – laki terbuat dari bagian yang utuh, laki – laki merasa lebih superior dari wanita. Laki – laki merasa lebih hebat dari wanita. Dan laki – laki juga akan berusaha untuk terlihat lebih superior dan lebih hebat dari wanita, terutama dari pasangannya.

Saya jadi ingat obrolan saya dan teman – teman IKK. Yah, apa lagi yang para cewek obrolin kalo bukan masalah pasangan hidup. Saya dan teman – teman saya sepakat kalau kami (para cewek) sudah harus memperoleh pasangan hidup dan menikah paling lambat setelah memperoleh gelar S2 (kalo dari segi pendidikan, dan kalo emang mau ngejar pendidikan tinggi) dan sebelum umur 30 tahun (kalo dari segi umur). Mengapa demikian? Ada penjelasan yang ilmiah dan make sense pastinya.

Umur

Kita bahas dulu dari segi umur ya.

Kenapa wanita disarankan untuk menikah sebelum umur 30 tahun? Begini ya, biasanya pasangan kita (laki – laki) kan pastinya yang lebih tua dari kita. Nah, kalo kitanya aja usianya udah lebih dari 30 tahun, pasangan kita mau setua apa lagi? Kan seperti saya bilang sebelumnya, kalo laki – laki selalu ingin lebih superior dari pasangannya. Jarang ada laki – laki yang mau menikah dengan wanita yang lebih tua usianya dari dia. Terus kalo misalnya usia kita udah diatas 30an, cari cowok yang lebih tua dari usia kita dan masih single kan susah banget… Ada sih yang masih single, tapi duda, emang mau?? Continue reading →