Tersiksa Batin by Esti S.

Usia saya 26 tahun. Sebelum menikah saya adalah mantan pelayan cafe miras. Diwaktu usia saya 18 tahun saya pernah kumpul kebo sampai akhirnya saya hamil tetapi laki-laki brengsek itu memaksa saya untuk mengugurkannya. Saya tak kuasa menolak karena dibutakan cinta dan kenikmatan dunia.

Waktu berjalan kami tetap kumpul kebo sampai akhirnya saya pun hamil lagi tapi kali ini saya bertekad ingin membesarkan anak saya walaupun laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab. Setelah anak saya lahir, saya langsung meninggalkannya karena harus mencari nafkah untuknya. Saya pun kembali menjadi pelayan cafe sampai umur anak saya 8 bulan. Saya lalu merantau ke Taiwan selama 2 tahun dan kembali ke Indonesia, lalu kembali menjalani aktivitas saya menjadi pelayan cafe.

Hingga akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang saat ini menjadi suami saya. Awalnya kami dipertemukan saat saya tengah jatuh dari motor dan dia yang merawat saya sampai sembuh lalu kamipun kumpul kebo sampai akhirnya kami menikah. Tapi entahlah, saya seperti mimpi atau terhipnotis karena suami saya tidak bercakap apapun dan saya seperti tunduk dan nurut saja dengan apa yang terjadi.
Bulan pertama pernikahan kami suami saya sering keluar malam dan saya jarang sekali mendapat perhatian darinya.

Bulan kedua sampai ketiga masih sama. Dia lebih suka nongkrong dengan teman-temannya daripada menemani saya dirumah. Padahal dia tau betapa tersiksanya batin saya karena sikap mertua. Saya ingin cerita tapi suami selalu menghabiskan waktunya diluar rumah. Pergi pagi pulang pagi. Saya kesal tapi pada siapa saya melampiaskannya?

Bulan keempat saya hamil. Saya pikir dia akan berubah tapi ternya malah lebih-lebih. Dia jadi suka mabuk-mabukan dan lebih parahnya lagi saat saya tahu dia masih berhubungan dengan mantannya. Hari itu juga saya minta cerai tapi dia memohon maaf dan mau berubah, tapi ternyata itu hanya omong kosong.

Kenapa dia tidak bisa meninggalkan mabuk, judi, mancing dan selingkuh? Kenapa???
Saya butuh perhatiannya. Saya butuh kasih sayangnya. Tapi selama menikah tidak pernah saya dapat. Bahkan ngobrol berduapun tidak pernah. Pernikahan macam apa ini?

Sampai sekarang nama wanita itu masih mengganggu pikiran saya. Jujur saya takut kehilangan suami saya, tapi saya juga benci dengan semua ini.
Terlalu dalam luka hati ini.
Tolong, tolong, tolong solusinya…..

Leave a Reply