Sudah 13 tahun aku menikah, 6 tahun belakangan ini suamiku mengkhianatiku. Ya, mungkin dalam sebagian besar perjalanan rumah tangga, perselingkuhan memang bukan hal yang asing lagi, begitupun yang terjadi dalam kehidupan rumah tanggaku.
Aku menikah dengan suamiku yang sekarang tahun 2000. Kami menikah tanpa pacaran dan belum kenal dekat sebelumnya. Kami saling dikenalkan oleh keluargaku. Statusku memang pada saat itu sudah janda dengan 1 orang anak laki-laki (yang pada waktu kami jumpa baru berusia 3,5 tahun). Sementara suamiku mengaku masih jejaka (walau pada akhirnya ketahuan bahwa dia pernah menikah dengan wanita sunda dan meninggalkan istri dengan satu orang anak tanpa sebab dan kabar). Dengan alasan demi masa depan anakku, pihak keluargaku agak memaksaku menikah dengan D (nama depan suamiku). Mereka bilang D adalah orang yang baik, lembut, pengertian dan akan jadi sosok ayah dan suami yang baik untukku dan anakku. Walau tanpa cinta dan bak menerima kucing dalam karung, aku aakhirnya resmi jadi nyonya D.
Kurang dari satu bulan usai acara pernikahan kami, aku diboyong D ke kota Bengkulu, dimana dia tinggal sebelumnya. D sebenarnya berasal dari kota Padang-Sumatra Barat, tapi anehnya , pada saat kami pesta pernikahan, tak ada seorang pun saudara D yang datang. Hanya teman-temannya saja yang jadi kerabat pengiring mempelai. Namun walaupun demikian aku pasrah karena orangtua dan keluarga besarku semuanya menyukai D.
Tahun pertama kehidupan berjalan lancar dan harmonis. Walaupun ada pertengkaran yang mengakibatkan D tega main tangan padaku, tapi aku maafkan karena aku berfikir mungkin aku juga ada salah. Dan akupun mulai hamil. Tahun 2002 aku melahirkan seorang bayi laki-laki yang lucu. Kami hidup bahagia walau banyak suka dukanya.
Selingkuh (Image: www.kabar24.com)
Menginjak tahun ke-7 pernikahan kami, badai mulai datang menerpa rumah tanggaku. Bencana tersebut diawali dengan datangnya sepasang suami istri kerumah kami. Mereka minta tolong diberi bantuan karena anak perempuan mereka tengah sakit. Karena kasihan, kami setuju untuk membiayai pengobatan anak mereka tersebut. Tapi celakanya, D mulai minta balas budi atas bantuannya. Entah apa saja yang D lakukan di belakangku, aku tidak sepenuhnya tau. D sering datang kerumah keluarga itu dengan alasan mau melihat keadaan Ria (nama anak perempuan yang sakit itu). Dan hasilnya, si Ria akhirnya mengaku telah dipaksa oleh D untuk melayani nafsu binatangnya. Aku tanya ke suamiku, dia malah marah dan sampai ingin kami bercerai.
Kisah diatas hanyalah awal yang belum seberapa menyakitkan. Karena mulai dari peristiwa itu sampai sekarang D sudah seperti ketagihan selingkuh. Mulai dari istri orang, janda, perawan tua, bahkan adik kandungku sendiri sampai hamil dan melahirkan anak benih dari suamiku.
Tahun 2011 D kabur dari rumah, lari dengan istri seorang kontraktor yang bangkrut menuju kota Medan. Hampir 1 tahun aku dan 3 orang anakku hidup terlunta-lunta di kota asalku, Batusangkar. Sumatera Barat. Akhirnya Allah mengabulkan doa-doaku untuk mengembalikan D pada kami.
Bulan Maret 2012 D datang dan sujud di kaki mamaku, mohon maaf padaku, dan untuk kesekian kalinya berjanji tak lagi mengulangi perbuatannya. Akhirnya disaksikan seluruh keluarga, kami rujuk kembali dengan cara Islam. Setelah itu D membawa aku ke kota Medan.
Kebahagiaan kurasakan sejenak setelah sampai di Medan. Kulihat D memang benar-benar berubah sikap dan tingkah lakunya. Namun trauma yang kurasakan kembali membuka mataku tentang perbuatan D yang sebenarnya di belakangku.
Hari itu aku sengaja mengikuti suamiku ke tempat kerjanya disebuah klinik kesehatan. Aku mengikutinya karena aku curiga tiba-tiba dia buru-buru berangkat setelah terima telepon. Memang sungguh biadab perbuatan suamiku yang kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri. D dan seorang asistennya yang berstatus istri orang tengah memadu cinta layaknya suami istri. Aku hancur dan tak bisa lagi berkata-kata. Aku langsung pulang ke rumah, dia pun menyusulku. Aku minta pulang ke Padang, namun D mohon ampun dan benar-benar berjanji lagi untuk tidak mengulangi perbuatannya itu. Anak-anak juga memaksaku untuk tidak kembali ke Padang.
Aku pasrah… Dan kepasrahan itu juga yang membuatku tersenyum ketika minggu lalu seorang laki-laki marah-marah pada D karena selingkuh sama istrinya. Aku hanya butuh anak-anakku dan Allah tempat ku mengadu…
YAA ALLAH… KUATKANLAH AKU DALAM MENERIMA UJIANMU, DAN BIARKANLAH AKU TETAP BERNAFAS UNTUK MENJAGA BUAH HATIKU SEBAGAI TITIPANMU… AMIN YAA ROOBALLALAMIIN…