Antara Ibu-Ibu di Indonesia dan di Negara Maju

Saya dulu berkuliah di jurusan yang salah satu fokus utamanya membahas tentang keluarga. Banyak sekali teori dan hasil penelitian yang tentang keluarga yang saya peroleh selama menyenyam pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Salah satu hal menarik yang pernah kami (mahasiswa dan dosen) bahas adalah tentang bagaimana kiprah para wanita di dunia kerja saat mereka telah memiliki anak.

The M-Shaped Curve in Japan

The M-Shaped Curve in Japan

Pada sebagian besar negara maju, para wanita cenderung mandiri. Mereka pada umumnya telah mampu membiayai hidupnya sendiri sejak di bangku kuliah dengan cara kerja part time/ freelance di perusahaan-perusahaan tertentu. Saat mereka lulus kuliah, karir mereka akan semakin bagus karena mereka bisa kerja full time. Mungkin sebagian dari mereka bahkan telah berada di puncak karirnya. Namun, saat mereka memiliki anak, mereka tidak segan-segan meninggalkan semua jabatan atau posisi yang telah dicapainya demi mengurus sendiri buah hatinya. Di Jepang, fenomena ini dikenal dengan The M-shaped Curve.

The M-Shaped Curve adalah suatu kurva yang menjelaskan partisipasi angka keikutsertaan wanita dalam dunia kerja menurut umurnya. Pada rentang umur 20-24 tahun, keikutsertaan wanita dalam dunia kerja mencapai posisi tertinggi. Namun pada rentang usia 25-44 tahun, keikutsertaan wanita dalam dunia kerja mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan wanita akan keluar dari pekerjaannya setelah mereka berkeluarga dan terutama saat mereka telah memiliki anak. Mereka lebih memilih untuk “bekerja di rumah”, mengurus semua pekerjaan rumah tangga dan juga mengurus anaknya sendiri daripada harus bekerja di luar rumah dan menyerahkan semua pekerjaan rumah tangga pada orang lain (pembantu atau baby sitter/nanny). Para wanita di Jepang akan kembali ke dunia kerja saat anak mereka telah memasuki usia “bisa mengurus diri sendiri”, dan kebanyakan hanya bekerja paruh waktu. Hal ini menyababkan angka partisipasi keikutsertaan wanita dalam dunia kerja kembali meningkat dan mulai menurun lagi saat mereka memasuki usia pensiun.

Ibu-Ibu di Negara Maju Lainnya

Saya adalah salah satu member dari www.couchsurfing.org. Situs tersebut merupakan situs jejaring sosial bagi para backpacker dari seluruh dunia. Saya menyediakan tempat tinggal gratis bagi para traveler yang mau menginap di rumah saya. Saat ini saya tinggal di Bali. Bali sebagai salah satu destinasi wisata bagi para turis (baik domestik ataupun manca negara) tentunya mampu menyerap banyak orang untuk berlibur ke Bali. Dan secara otomatis hal ini membuat saya “kebanjiran” request dari para backpacker untuk tinggal di rumah saya selama mereka traveling ke Bali.

Anyway, kebanyakan turis yang “numpang” di rumah saya adalah turis asing. Mereka sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa dan juga Jepang, Korea Selatan, China dan Taiwan. Hasil ngobrol-ngobrol saya dengan mereka, para wanita di negaranya banyak yang berhenti dari pekerjaan mereka saat mereka memiliki anak. Mereka akan fokus untuk mengurus anaknya. Memang sih, banyak alasan lain mengapa wanita di negara mereka berhenti dari pekerjaannya saat telah memiliki anak, bisa jadi karena gaji untuk membayar seorang pembantu / babysitter sangat tinggi. Namun, saya melihat hal positifnya, yaitu anak memperoleh didikan dan juga kasih sayang penuh dari ibunya. Pasti akan beda jika parenting dilakukan langsung oleh orangtua (terutama ibu) daripada harus “berbagi” dengan oranglain (pembantu / babysitter). Menurut saya The M-Shaped Curve juga berlaku di negara maju lainnya.

Ibu-Ibu di Indonesia

Lalu, bagaimana dengan ibu-ibu di Indonesia? Apakah The M-Shaped Curve juga berlaku di Indonesia? Saya tidak tahu, apakan sudah ada penelitian tentang hal ini atau belum. Namun menurut saya, The M-Shaped Curve tidak berlaku di Indonesia. Para wanita di Indonesia jarang ada yang berhenti dari pekerjaannya saat sudah memiliki anak. Mereka akan lebih memilih untuk menggaji pembantu / babysitter atau menitipkan anaknya pada orangtua atau saudaranya daripada harus berhenti dari karir yang telah dirintisnya sejak belum menikah.

Keluarga adalah pondasi paling dasar untuk membentuk manusia yang berkualitas dan negara yang maju/mandiri karena di keluargalah tempat sebagian besar karakter seseorang akan terbentuk. Supaya karakter yang terbentuk menjadi berkualitas, tentunya dibutuhkan orang yang berkualitas juga dalam pengasuhan anak. Jika pengasuhan diberikan pada pembantu / babysitter yang umumnya hanya lulusan (paling bagus) SMP, bagaimana kita akan bisa menghasilkan anak-anak yang berkualitas dan negara yang maju akan tercipta?

Ironis memang, tapi itulah perbedaan ibu-ibu di negara maju dan di Indonesia. Dan bisa jadi hal inilah yang menjadi salah satu penyebab negara kita tercinta ini mengalami krisis multidimensi yang sampai sekarang belum ada jalan keluarnya.

Marilah kita mulai dari diri kita sendiri, para wanita Indonesia, untuk fokus mengasuh anak supaya menghasilkan 1 manusia yang benar-benar berkualitas.