Kesedihan Istri by Tri

Ya Allah…
Apa salah hamba. Engkau menghukum hamba sampai seberat ini. Engkau Maha Tau ya Allah…

Begitu besar rasa cinta saya pada suami, keluarganya dan keluargaku sendiri. Saya merasa sangat sedih dan terpukul. Saya mengira keadaannya tidak akan seperti ini. salahku juga tidak pernah mau mendengar nasehat orangtua.

Saya telah berbohong pada ibu. Sebenarnya semua dari lamaran hingga nikah, semua memakai uang saya sendiri. Uang suami tidak ada.

Memang benar kata orangtua. Suatu lamaran itu pencerminan tanggung jawab suami. Ketika awal mau mendapatkan tidak usaha apa lagi kedepannya? Continue reading →

Dilema by Fadhilah Huda

Assalamualaikum…

Saya mau tanya, saya telah menikah 2 athun yang lalu, dan telah memiliki seorang putri. Selama menjalani kehidupan rumah tangga, suami saya bekerja sebagai seles. Lebih besar gaji saya daripada gaji suami saya.

Beberapa bulan terakhir ini malah suami saya tidak bekerja. Selama ini kami lebih banyak pakai uang gaji saya karena gaji dia pun habis untuk keperluannya sendri (transport dan rokok saat bekerja). Jadi di rumah tangga saya belakangan ini ada masalah keuangan, sehingga utang menumpuk.

Orangtua kami pun ikut campur. Saya masih ingin memperthankan rumah tangga kami. Sementara orangtua saya tidak setuju karena suami saya lalai dari tanggung jawab.

Apa solusi untuk masalah saya? Terima kasih sebelumnya.

Saya atau Dia yang Salah? by Emmha Fitria

Saya seorang istri usia 21 tahun, suamiĀ  saya 24 tahun. Kami menikah kurang lebih baru 2 tahun. Akan tetapi disetiap perjalanan bahtera rumah tangga kami selalu ditimpa masalah. Entah masalah yang sepele atau yang besar sekalipun.

Awal pernikahan kami memang tidak seindah pasangan-pasangan lainnya. Sebelum menikah, saat kami masih saling baru mengenal, disanalah kami masih sama-sama memiliki pasangan. Entah karena alasan apa, suami saya dulu memaksa untuk menjadi kekasih gelap saya. Karena pada saat itu saya juga merasa kesepian dan kurang perhatian ditinggal pacar yang super sibuk dengan kegiatan kampus, akhirnya saya terimalah permintaan suami saya. Hingga pada suatu waktu saya bingung untuk memutuskan lanjut hubungan dengan siapa. Karena tidak mungkin terus menerus saya jalan bergantian dengan laki-laki yang berbeda setiap hari.

Dengan pertimbangan ini-itu, saya pun memutuskan untuk serius dengan suami saya dan memutus hubungan dengan pacar lama saya. Ditengah hubungan kami yang mulai serius (menurut saya), ada hambatan lain. Saya coba untuk mengenalkan calon suami saya itu kepada mama saya terlebih dahulu. Finally, kesan mama selalu tidak setuju. Alasan mama adalah karena latar belakang keluarganya yang berantakan dan belum jelas (begitu kata mama). Mama takut jika saya terua berhubungan kedepannya dengan suami saya tidak akan langgeng. “Yaaah, paling nggak jauh-jauh kayak nasib rumah tangga orangtuanya. Karena sudah ada bibit tertanam di dirinya”, begitu kata-kata mama yang selalu akhirnya saya jadikan pertimbangan ulang. Continue reading →