Istilah Mompreneur
Mompreneur, istilah ini pertama kali saya baca di twitter seorang kawan saya Leni. Leni adalah founder dari web www.indonesiaberprestasi.web.id dan saat ini Leni sedang mengelola usaha Sobat Ngemil-nya.
Saat saya membaca istilah mompreneur di salah satu twit Leni, saat itu Leni belum berkeluarga. Tapi, meskipun saat itu ia belum berkeluarga, ia telah menyiapkan semuanya jika ia nanti telah memiliki seorang pendamping hidup dan dikaruniai seorang anak. Ia bertekad untuk tidak menjadi wanita karier yang mengharuskannya ke kantor di tiap hari kerja. Namun Leni tetap ingin bisa berkarya dan menghasilkan uang. Caranya yakni dengan menjadi seorang mompreneur, a full time housewife, mother and also an entrepreneur.
Menjadi Mompreneur
Tidak hanya kawan saya, Leni, saya yakin di luar sana juga banyak wanita yang lebih memilih untuk menjadi mompreneur daripada harus meninggalkan keluarga untuk ke kantor setiap harinya. Menurut definisi saya, mompreneur adalah seorang wanita yang mendedikasikan hidupnya untuk menjadi full time housewife and mother dan memiliki pekerjaan sampingan menjadi seorang entrepreneur, yakni memiliki usaha sendiri yang bisa dikelola dari rumah.
Di jaman sekarang ini, kesempatan menjadi mompreneur sangat terbuka lebar bagi perempuan. Apalagi saat ini beragam gadget dan akses internet sangat mendukung produktifitas banyak orang, termasuk perempuan. Para mompreneur umumnya memanfaatkan kedua hal tersebut untuk menjalani bisnisnya dari rumah. Makanya dalam kurun waktu 3-2 tahun terakhir ini usaha online shop jadi “menjamur” dimana-mana.
Saya juga akhirnya memutuskan untuk menjadi mompreneur. Sebelum menikah, saya memang telah memiliki usaha sendiri. Tapi saat itu usaha saya tersebut hanya saya jadikan sebagai sampingan karena fokus utama saya saat itu adalah tetap menjadi wanita karier. Tapi setelah menikah dan kebetulan saya dan suami memiliki usaha yang sama, akhirnya saya memutuskan untuk berdua bersama suami mengelola usaha kami, Melali Trip Organizer (www.melalibali.com, www.hargahotel.com, www.hargahotelbali.com).
Keputusan untuk akhirnya menjadi mompreneur itu melalui proses yang cukup panjang lho. Saya sempat beberapa kali tertarik untuk kembali bekerja di kantoran agar bisa mengaktualisasikan diri saya lagi dan bertemu dengan orang banyak. Tapi akhirnya saya sadar, apa gunanya bekerja di luar rumah hanya untuk mengasilkan 4-5 juta saja per bulannya dan masih harus menanggung resiko kerja yang lebih tinggi. Tapi dengan bekerja di rumah saja, mendukung pekerjaan suami, kita bisa menghasilkan 40-50 juta per bulan. Selain bisa menaikkan income dari usaha milik pribadi, hal yang tak bisa tergantikan adalah kita tetap bisa memantau perkembangan anak sembari melakukan pekerjaan.
Suka-Duka Mompreneur
Kalau menurut saya menjadi mompreneur itu menyenangkan dan banyak keuntungannya. Selain kita tetap bisa menjalankan tugas utama kita, mengasuh anak dan mengurus rumah tangga sendiri, kita juga tetap bisa menghasilkan uang untuk membantu suami dalam perekonomian keluarga. Jadi bisa dikatakan mejadi mompreneur itu sama dengan kata pepatah, sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Menjadi mompreneur juga memperkecil resiko kerja untuk wanita. Resiko kerja yang terutama berkaitan dengan masalah pelecehan pada wanita di dunia kerja. Sudah bukan rahasia umum lagi kan kalau wanita kadangkala mengalami pelecehan seksual di tempat kerja atau malah menjalin affair dengan rekan kerjanya. Nah, karena bekerja di rumah, maka resiko tersebut tentu bisa dihilangkan.
Namun, menjadi mompreneur itu tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam menjalaninya. Karena seringkali dalam satu waktu perempuan harus mengerjakan banyak hal. Misalnya disaat yang bersamaan, customer nelpon kita marah-marah karena barang pesanannya nggak kunjung datang, sementara saat itu kita sedang menggoreng ikan yang sudah mulai gosong dan pada waktu yang bersamaan, anak kita yang masih balita menangis meraung-raung karena mainannya rusak. Kebayang dong gimana riweuhnya. Mompreneur juga seringkali harus melakukan pekerjaannya sambil mengasuh anak sehingga seringkali konsentrasinya terpecah.
Kemampuan multitasking dan manajemen waktu sangat dibutuhkan kalau kita memutuskan menjadi mompreneur. Mengapa demikian? karena semua hal harus beres pada waktunya dan seringkali harus selesai pada saat yang bersamaan. Mompreneur bukan pekerjaan yang mudah, tapi banyak wanita telah melakukannya dan sukses di dunia ini.
***
Wanita, sejauh apapun kakinya telah melangkah, setinggi apapun tingkat pendidikannya dan sehebat apapun karier yang telah dicapainya, ia tak bisa melepaskan kodratnya sebagai seorang wanita, yakni menjadi seorang istri dan ibu bagi buah hatinya. Wanita ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga. Ia ingin mengurus rumah tangganya dan mengasuh anaknya sendiri. Tapi ia juga tetap ingin mendapatkan penghasilan. Dengan menjadi mompreneur, wanita tetap bisa menghasilkan uang namun tidak menelantarkan keluarga terutama buah hatinya.
Wah sy harus byk belajar nih, mak. Soalnya setelah keluar dari pekerjaan, sy masih nawar2 usaha tp diluar rumah. Bulan depan insya Allah usaha full dari rumah.
Sharingnya keren, jadi semakin mantap untuk jadi mompreneur 🙂
Setidaknya untuk beli bedak dan sepatu, nggak perlu minta dari suami ^_^
saya sedang merintis usaha sendiri mak..semoga nantinya bisa sukses seperti mak Okvina.. 🙂
Duuhhh…ngirii berattt…
Hope I can as soon as possible to be a Great Mompreneur…
doain ya mba….