29 Mei2011, aku menikah dengan anggota polisi dan mempunyai dua anak cewek dan cowok. Anak pertamaku cewek, sekarang berusia 2 tahun. Dan anak keduaku cowok berusia 1 tahun.
Saat kelahiran anak pertama kami rumah tanggaku masih baik-baik saja. Suamiku selalu perhatian kepada aku dan anakku. Setelah anak pertamaku berusia 3 bulan aku dinyatakan positif hamil anak kedua yang berjenis kelamin cowok. Lengkaplah sudah kebahagiaan kami mempunyai sepasang anak. Akan tetapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama semenjak kehamilan anak kedua.
Suamiku berubah, dia berselingkuh dengan perempuan yang dikenalnya melalui pesan singkat. Aku kaget, menangis dan marah, tetapi hal itu aku maafkan karena suamiku meminta maaf kepadaku. Dia khilaf dan tidak akan mengulanginya lagi.
Sebagai istri aku tetap harus memaafkan kesalahan suami jika dia khilaf. Tetapi tidak sampai disitu penderitaanku. Suamiku sering pulang pagi dan mabuk-mabukan padahal kondisi saat itu aku sedang hamil besar. Walaupun aku berusaha marah tetapi aku selalu memaafkan keselahan suamiku.
Setelah kelahiran anak kedua kelakuan suamiku semakin menjadi. Setiap kali aku marah karena kelakuannya yang tak pernah berubah, dia malah memukul. Bahkan mencaci dan memakiku. Astagfirullah… Ada apa dengan suamiku Tuhan? Didalam doaku selalu aku berkata “Dekatkan dia padaMu Tuhan, jangan biarkan dia jauh dariMu”. Hanya itu yg kuminta.
Aku tahu tugasnya pada negara berat. Dia sering pulang hingga larut dan kecapean. Akupun tak tega melihatnya menolongku utk menjaga kedua anakku. Terkadang mertuaku selalu menolongku merawat anak-anakku, tetapi hal itu tak membuatnya semakin dewasa. Dia terus melakukan hal yang sama setiap aku dan suamiku bertengkar. Karena dia yang sering pulang pagi dan mabuk-mabukan, sesering itu juga dia memukul dan memakiku, bahkan dia selalu memanggilku dengan sebutan “Lonte dan anjing”. Jatuh air mataku Ya Allah… Hanya padaMU tempatku memohon dan berlindung.
Aku selalu dijambaknya dan dipukul kepalaku ku di dinding. Aku diseret dari tangga, dicekik. Tetapi semua itu tak membuatku meninggalkannya karena aku mencintai suamiku. Aku bisa saja melaporkannya kepada atasannya tapi aku selalu menghargai suamiku karena mungkin akupun istri yang tak sempurna. Aku tak bisa memasak masakan kesukaan suamiku atau membantunya mencari nafkah untuk anak-anakku.
Aku selalu memaafkan suamiku, tak pernah putus. Walaupun tak pernah keluar kata maaf darinya padaku. Akupun begitu takut padannya. Aku selalu lari kerumah orangtuaku ketika bertengkar dengan suamiku. Itu karena aku takut dipukulinya. Bahkan dia tak segan-segan menTALAK dan berkata ‘menceraikanku’, berkali-kali.
Tuhan , habis sudah air mataku.
Maafkan dia Tuhan.
Jangan biarkan anak-anakku korban keburukan orangtuanya
Tuhan, mungkin dengan habis air mataku bertanda habis sudah kewajibanku sebagai istri. Rumah tangga yang kubanggakan harus selesai sampai disini.
Selasa, 4 February 2014
Aku melaporkan apa yang aku alami kepada atasan suamiku dan berkas perceraian dinasku akan segera di proses.
Nb: aku bukan ingin membuka aibku kepada kalian, aku hanya ingin pengalamanku menjadikan kalian lebih baik dan saling menghargai dalam rumah tangga.
“Karena disetiap langkah suami selalu tersimpan doa seorang istri”